wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t
Bookmark

KHOTBAH MINGGU 12 FEBRUARI 2023 - KEBAHAGIAAN ORANG YANG HIDUP MENURUT TAURAT TUHAN - MAZMUR 119 AYAT 1-8

 KEBAHAGIAAN ORANG YANG HIDUP MENURUT TAURAT TUHAN 

Mazmur 119:1-8 

Khotbah Minggu 12 Februari 2023 - Minggu Sexagesima - Mazmur 119 ayat 1-8 - Kebahagiaan Orang yang Hidup Menurut Taurat Tuhan


Khotbah Minggu 12 Februari 2023 
Minggu Sexagesima 
Sexagesima artinya enam puluh hari sebelum Paskah atau Kebangkitan Yesus Kristus. 
Ditulis oleh Vic. Pdt. Timothy P. Saragi 

NAS 

Berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN. Berbahagialah orang-orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, yang juga tidak melakukan kejahatan, tetapi yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya. Engkau sendiri telah menyampaikan titah-titah-Mu, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh. Sekiranya hidupku tentu untuk berpegang pada ketetapan-Mu! Maka aku tidak akan mendapat malu, apabila aku mengamat-amati segala perintah-Mu. Aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil. Aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali. 


PENDAHULUAN 

Jangan lupa bahagia! Salah satu istilah yang cukup terkenal di kalangan orang muda saat ini. Namun jika kita mengamati, apakah memang benar orang-orang bahagia? Jika manusia berbahagia, apakah yang menjadi tolak ukurnya?

Banyak orang memahami ketika mendapatkan apa yang diinginkan atau mendapatkan kesuksesan, ia kemudian memahaminya sebagai berkat, sehingga sering sekali pencapaian itu dirayakan dan selalu dikatakan “ ... hal ini merupakan suatu kebahagiaan ... .” Pemahaman yang demikian pada dasarnya tidak salah. Namun, apabila kita menghayati lebih dalam lagi, apakah memang hal-hal yang demikian bisa menjadi tolak ukur kebahagiaan? Apakah dengan spontan kita dapat berkata bahwa orang yang sukses dan mencapai banyak hal dalam hidupnya sebagai orang bahagia? 

Pemahaman manusia mengenai kebahagiaan tentu bervariasi. Bisa saja bagi banyak orang kebahagiaan itu adalah apabila memiliki harta kekayaan serta kesuksesan. Orang Batak sendiri sering mengatakan atau mengukur kebahagiaan apabila telah beroleh, “hagabeon (kesuksesan), hasangapon (kehormatan) dohot hamoraon (kekayaan).” Akan tetapi jika kita sadari, semuanya itu bersifat sementara. Semuanya itu akan berlalu. Jadi seperti apakah kebahagiaan yang sesungguhnya itu? 

Pemahaman orang percaya akan kehidupan harus berbeda dengan orang yang tidak percaya, termasuk dalam memahami kebahagiaan. Dalam kehidupan ini, manusia akan selalu beranggapan bahwa mereka akan mendapatkan kebahagiaan dengan memiliki kekayaan, kesuksesan maupun kehormatan. Orang yang percaya atau orang Kristen tidak boleh begitu saja memahami kebahagiaan. Pemahaman orang Kristen akan kebahagiaan harus berbeda dengan orang yang tidak Kristen. Bagi orang Kristen kebahagiaan itu tidak berasal dari harta kekayaan, kesuksesan maupun kehormatan menurut ukuran dunia. Kebahagiaan orang Kristen itu harus sesuai dengan firman Tuhan. Dalam tema Khotbah Minggu 12 Februari 2023 dikatakan “kebahagiaan orang yang hidup menurut Taurat Tuhan.” Seperti apakah kebahagiaan orang yang hidup menurut Taurat Tuhan itu? Mari kita perdalam dalam lewat penjelasan di bawah ini. 


ISI 

Khotbah Minggu 12 Februari 2023 tertulis dalam Kitab Mazmur. Menurut tradisi, Raja Daud adalah orang yang menulis Kitab Mazmur. Daud adalah seorang yang takut akan Tuhan. Hal itu nampak dari muatan-muatan dari kitab-kitab yang ia tuliskan. Apabila kita membacanya kita dapat melihat bagaimana ia hidup dengan takut akan Tuhan. 

Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin berkembangnya pemahaman dalam bidang Teologi, berkembang pemahaman bahwa Kitab Mazmur tidak seluruhnya dituliskan oleh Daud. Terdapat beberapa kitab yang dimuat dalam Kitab Mazmur yang ditulis oleh penulis atau kontributor lain. Meski demikian, tema utama kitab Mazmur tetap dalam satu inti, yaitu sikap takut akan Tuhan serta sikap tunduk kepada firman Tuhan. 

Sikap takut akan Tuhan dapat diwujudkan dengan berbagai cara. Ada yang menunjukkannya lewat kebaikan dalam kehidupan termasuk dalam pekerjaan. Ada yang menunjukkannya lewat kerelaan hati untuk membantu orang lain. Ada juga yang menunjukkannya lewat rajin beribadah dan masih banyak lagi. Namun sesuai dengan tema Khotbah Minggu 12 Februari 2023 ini, sikap takut akan Tuhan itu dapat ditunjukkan dengan “hidup menurut Taurat Tuhan.” 


Jika dikatakan “Taurat” atau “Taurat Tuhan”, barangkali kita akan berpikir bahwa yang dimaksudkan dalam hal ini adalah hukum serta peraturan-peraturan yang akan dan penting untuk dilaksanakan. Jika kita amati, tidak banyak orang yang suka dengan hukum dan peraturan-peraturan, apalagi melakukannya. Bahkan sampai ada istilah “aturan ada untuk dilanggar.” Sesungguhnya itu adalah sebuah prinsip yang salah, meski tidak dapat dipungkiri bahwa sikap yang demikian cenderung dihidupi oleh banyak orang. 

Apalagi jika kita mengamati dalam kehidupan orang Batak. Orang Batak dikenal atau disebut dengan, “Anak ni Raja” (keturunan atau anak raja) bagi para laki-laki, dan “Boru ni Raja” (keturunan atau anak perempuan raja) bagi para perempuan. Sehingga ada kecenderungan untuk susah diatur dan susah mengikuti aturan karena merasa diri tidak perlu diatur. Dalam nas Khotbah Minggu 12 Februari 2023 ini hal-hal seperti itu tidak lah benar, karena prinsip seperti itu adalah salah. Khotbah kita kali ini ingin mengatakan kepada kita, sebagai orang Kristen, pengikut  Kristus, harus menghidupi Taurat Tuhan. 

Dalam nas khotbah yang tertulis dalam Mazmur 119:1-8 dikatakan, “berbahagialah orang-orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN.” Dalam nas ini juga dijelaskan alasan mengapa orang yang hidup menurut Taurat Tuhan dikatakan sebagai orang yang berbahagia. Lebih lanjut dijelaskan juga bagaimana sejatinya kehidupan orang Kristen yang hidup menurut Taurat Tuhan. 


1. Berbahagialah orang yang hidup menurut Taurat Tuhan (ayat 1-3) 

Dalam ayat 1-3 pemazmur menyampaikan bahwa orang yang hidup menurut Taurat Tuhan adalah orang yang berbahagia. Selanjutnya disebutkan juga bagaimana hidup menurut Taurat Tuhan. Orang yang hidup menurut Taurat Tuhan adalah orang yang memegang peringatan-peringatan-Nya, yang mencari Dia dengan segenap hati, tidak melakukan kejahatan dan yang hidup menurut jalan-jalan yang ditunjukkan-Nya. 

Pemazmur memaparkan bagaimana kehidupan orang yang hidup menurut Taurat Tuhan. Menghidupi Taurat Tuhan itu tidak hanya sekadar mengenal maupun mempelajarinya, tetapi juga harus menghidupinya dalam kehidupan sehari-hari dan harus menjadikannya sebagai jalan kehidupan. 

Jika demikian barangkali kita akan berpikir, “ternyata berat juga ya mengikut Tuhan itu.” Karena harus dengan hati yang sungguh-sungguh dalam menghidupi Taurat Tuhan, tidak bisa setengah-setengah. Dalam bahasa yang lebih sederhana, ternyata banyak juga aturan-aturan yang harus diikuti dalam mengikut Dia. Padahal manusia begitu sering jatuh ke dalam dosa yang bertentangan dengan hukum Tuhan. Jadi memang begitu beratlah mengikut Tuhan ini. 


Tentu saja ada yang berpikir demikian. Sehingga membuatnya menjadi takut kepada Taurat Tuhan. Namun dalam khotbah kita ini justru pemahaman yang sebaliknya yang disampaikan oleh pemazmur. Taurat Tuhan bukan untuk ditakuti atau tidak dilakukan karena merasa berat untuk melakukannya. Kita takut hidup kita terkekang karena harus mematuhi Taurat Tuhan. Padahal justru sebaliknya, pemazmur menyampaikan, orang yang hidup menurut Taurat Tuhan adalah orang yang berbahagia. Mengapa dikatakan berbahagia? Pemazmur menyebutkannya dalam ayat berikutnya. 

2. Allah sendiri yang menyampaikan Titah-Nya (ayat 4) 

Dalam ayat ini disampaikan, bahwa Allah sendirilah yang menyampaikan Titah-titah-Nya, supaya dipegang dengan sungguh-sungguh oleh orang yang percaya kepada-Nya. Andai kata, orang yang menyampaikan Titah itu adalah orang biasa, barang kali kita akan ragu akan kebenarannya. Kita akan bertanya-tanya, apakah itu benar? Pesan siapa itu, perkataan siapa, sehingga kita harus menurutinya? Lantas, jika kita mengerjakannya, apakah untungnya bagi kita? Bisa saja muncul pemikiran yang demikian dalam diri kita, jika yang menyampaikan Titah atau Taurat Tuhan itu adalah orang biasa. 

Namun dalam ayat ini disebutkan bahwa Allah sendirilah yang menyampaikan Titah-titah-Nya untuk dipatuhi oleh orang percaya kepada-Nya. Dari sini kita memahami bahwa meskipun yang berkhotbah dalam gereja, yang menyampaikan firman Tuhan dalam ibadah itu seorang manusia, atau kita membaca firman-Nya secara tertulis dalam Alkitab atau media lainnya, sesungguhnya Ia sendirilah yang menyampaikan hukum, titah maupun firman-Nya kepada kita. Manusia atau media seperti Alkitab itu hanya sebagai alat yang dipakai oleh Tuhan untuk menyampaikan hukum, titah maupun firman-Nya kepada kita. Oleh sebab itu tidak ada lagi keraguan akan kebenaran-Nya, karena Ia sendirilah yang menyampaikannya. Sehingga jika kita berkata dan mengaku diri kita sebagai orang yang percaya kepada-Nya haruslah kita mengikuti dan menghidupi pesan, firman, Titah maupun Taurat Tuhan itu. 


Ada satu poin menarik dari nas ini. Jika kita perhatikan dari ayat pertama sampai ayat delapan, berkaitan dengan tema khotbah kita, “Taurat” lah yang menjadi kata kuncinya dan kata itu disebutkan dalam ayat 1, namun di ayat berikutnya, penyebutannya kemudian bervariasi, ayat 2 “peringatan-peringatan,” ayat 4 “titah-titah,” ayat 5 dan 8 “ketetapan,” ayat 6 “perintah” dan di ayat 7 “hukum-hukum.” Barangkali kita jadi bingung, yang manakah akan kita pegang dari penyebutan istilah-istilah ini? Saya berpikir kita tidak perlu mengkaji istilah-istilah ini secara mendalam lewat mempelajari bahasa aslinya karena pembahasannya akan panjang. Walau ada beberapa penyebutan istilah dalam nas ini, tujuannya tetap sama. Hal itulah yang sangat penting untuk dipegang oleh orang percaya. Dari beragam istilah yang sudah disebutkan itu, kita bisa menanamkannya dalam diri kita masing-masing, bahwa Taurat Tuhan itu menjadi peringatan, titah, ketetapan, perintah dan hukum bagi kita agar kita berjalan menurut kebenaran dan aturan firman-Nya (Taurat-Nya). 

3. Orang yang berpegang pada Taurat Tuhan tidak akan mendapat malu (ayat 5-6) 

Orang yang hidup menurut Taurat Tuhan, tidak akan mendapat malu (ayat 6). Tentu kita semua tahu, bahwa Taurat Tuhan itu adalah baik adanya. Karenanya jika kita hidup menurut Taurat Tuhan, maka kehidupan kita pun akan menjadi baik. Namun apabila diperhadapkan dengan kehidupan seperti sekarang ini, orang yang benar terkadang dibenci. Apalagi jika menegakkan kebenaran di hadapan orang-orang yang melakukan kejahatan. Sering sekali orang berkata, “sok suci, perasaan bersih” dan yang lainnya. Dalam keadaan yang demikian bisa saja kita berpikiran, “mengapa aku dibenci, mengapa hal yang tidak baik datang kepadaku, padahal aku telah berlaku baik, berbuat sesuai dengan firman Tuhan.” Akan tetapi Yesus berkata, “berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat (lihat Matius 5:10-11). Dari perkataan Yesus ini dapat kita pahami bahwa, Yesus sendiri mengetahui, jika kita berlaku benar, akan banyak orang yang mencela kita. Hal seperti itu telah terjadi dalam kehidupan para rasul terdahulu dan terjadi juga dalam kehidupan Yesus. Orang-orang membenci Dia karena berlaku benar dan menegakkan kebenaran. Meski demikian Yesus berkata, “berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Oleh sebab itu kita harus memahami bahwa dunia ini bukan lah tolak ukur atau ukuran jika kita diperhadapkan dengan situasi ketika kita melakukan apa yang benar, melainkan dari Tuhanlah kita mendapatkan upah atas kebenaran yang kita lakukan. Sehingga ketika kita dibenci karena melakukan kebenaran, bersukacitalah, sebab Yesus berkata, orang yang demikian lah yang empunya kerajaan sorga. Jangan jadi berpaling dari yang benar menjadi tidak benar, atau berpaling dari Taurat Tuhan, karena kita merasa dibenci. 


4. Memegang Taurat Tuhan adalah berkat (ayat 7-8)

Ada sebuah lagu yang sering kita dengar dan nyanyikan. Dalam lirik lagu itu dikatakan “hidup ini adalah kesempatan”. Pesan dari lagu itu adalah agar kita menggunakan kehidupan kita, menggunakan waktu yang diberikan oleh Tuhan kepada kita. Disebutkan juga, bahwa ada pun hidup kita ini tujuannya adalah agar menjadi berkat. Kita harus memegang pesan itu. Dalam Efesus 5:6 disebutkan, “pergunakanlah waktu yang ada ... .” Jika dikatakan pergunakanlah, bukan berarti menggunakannya untuk hal-hal lain, tapi pergunakanlah hanya untuk hidup dalam firman Tuhan. Karena itulah pemazmur berkata dalam ayat 7 “aku akan bersyukur kepada-Mu dengan hati jujur, apabila aku belajar hukum-hukum-Mu yang adil.” Pemazmur menyadari selama masih ada waktu, hal itu merupakan sebuah berkat baginya untuk belajar dan menghidupi hukum-hukum Tuhan yang adil. Karenanya kita harus menggunakan waktu yang ada untuk belajar dan menghidupi firman atau hukum Tuhan dan menghidupinya. 

Dalam poin tiga sebelumnya disebutkan, bahwa kesusahan dan kesulitan akan kita temui jika kita melakukan hukum Tuhan, bahkan dibenci. Jika mengandalkan kekuatan kita sendiri maka kita tidak akan sanggup untuk melakukannya. Di poin satu juga telah disebutkan bahwa orang yang hidup menurut Taurat Tuhan adalah orang yang berbahagia. Kadang kala pencobaan datang dalam hidup kita dan kita tidak sanggup untuk menghadapinya jika mengandalkan kekuatan sendiri. Pemazmur menyadari kelemahan dan kekurangannya, sehingga dia mengatakan di ayat 8, “aku akan berpegang pada ketetapan-ketetapan-Mu, janganlah tinggalkan aku sama sekali.” Hal ini jugalah yang menjadi pelajaran bagi kita, bahwa dalam mengikut Tuhan, melakukan Taurat-Nya, jangan pernah mengandalkan kemampuan dan kekuatan diri sendiri, seperti yang disebutkan dalam Amsal 3:5 “percayalah kepada TUHAN dengan segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.” Jadi kita harus bersandar kepada Tuhan, mengandalkan Tuhan dalam menghidupi Taurat-Nya. 


Bapak/ibu dapat menonton video pembahasannya di bawah ini.

KESIMPULAN 

Di tengah-tengah kehidupan kita saat ini, persoalan yang kita hadapi begitu kompleks. Banyak orang yang menjauhi Taurat Tuhan karena kesusahan-kesusahan dalam hidup. Terkadang kita dituntut untuk mempertahankan kehidupan kita dengan cara-cara yang bertentangan dengan Taurat Tuhan. Memang sepertinya sulit saat ini untuk menegakkan apa yang kita percayai, menegakkan iman kita, menegakkan Taurat Tuhan. 

Namun jika kita mengaku diri sebagai orang yang percaya, pengikut Kristus, janganlah hendaknya kita mengikuti keinginan daging dunia ini. Jangan kita mengikuti hal-hal yang telah atau yang akan menjadi kebiasaan yang salah dalam dunia ini, yang sudah jelas-jelas kita ketahui berlawanan dengan Taurat Tuhan. Taurat Tuhanlah yang harus kita ikuti dan hidupi, meski kita temui berbagai tantangan dan cobaan. Kita pun harus mengutamakan Taurat Tuhan di atas segalanya. Matius 6:33 berkata, “tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu.” Walau kita menemui atau menghadapi tantangan dan kesulitan, ingatlah Tuhan akan senantiasa beserta kita dan menguatkan kita dalam melakukan Taurat-Nya bahkan Ia akan memberikan dan menambahkan apa yang kita butuhkan di dalam kehidupan kita. Ingatlah bahwa orang yang hidup menurut Taurat Tuhan adalah orang yang berbahagia. Amin. (tps) 

Bahan khotbah ini dapat diunduh dengan meng-klik link di bawah ini!


Posting Komentar

Posting Komentar