ALLAH SUMBER KASIH KARUNIA
Keluaran 33:15-23
NAS
Berkatalah Musa kepada-Nya: "Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini. Dari manakah gerangan akan diketahui, bahwa aku telah mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, yakni aku dengan umat-Mu ini? Bukankah karena Engkau berjalan bersama-sama dengan kami, sehingga kami, aku dengan umat-Mu ini, dibedakan dari segala bangsa yang ada di muka bumi ini?" Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Juga hal yang telah kaukatakan ini akan Kulakukan, karena engkau telah mendapat kasih karunia di hadapan-Ku dan Aku mengenal engkau." Tetapi jawabnya: "Perlihatkanlah kiranya kemuliaan-Mu kepadaku." Tetapi firman-Nya: "Aku akan melewatkan segenap kegemilangan-Ku dari depanmu dan menyerukan nama TUHAN di depanmu: Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani." Lagi firman-Nya: "Engkau tidak tahan memandang wajah-Ku, sebab tidak ada orang yang memandang Aku dapat hidup." Berfirmanlah TUHAN: "Ada suatu tempat dekat-Ku, di mana engkau dapat berdiri di atas gunung batu; apabila kemuliaan-Ku lewat, maka Aku akan menempatkan engkau dalam lekuk gunung itu dan Aku akan menudungi engkau dengan tangan-Ku, sampai Aku berjalan lewat. Kemudian Aku akan menarik tangan-Ku dan engkau akan melihat belakang-Ku, tetapi wajah-Ku tidak akan kelihatan."
PENDAHULUAN
Tema Khotbah Minggu kita pada hari ini adalah "Allah Sumber Kasih Karunia." Kasih karunia dapat dipahami sebagai pemberian, anugerah, berkat dan yang lainnya. Kasih karunia diberikan oleh seorang yang lebih tinggi kepada seorang yang lebih rendah. Dalam nas khotbah ini yang dimaksud dengan kasih karunia adalah anugerah yang diberikan oleh Allah kepada manusia.
Mengapa Allah dikatakan sebagai sumber kasih karunia? Mengapa tidak yang lain? Manusia adalah pribadi yang rapuh, lemah dan butuh pertolongan orang lain. Manusia sering disebutkan sebagai makhluk sosial, karena manusia itu saling membutuhkan. Tidak ada seorang pun di dunia ini yang tidak membutuhkan pertolongan orang lain. Kita butuh pertolongan orang lain karena kita tidak sanggup untuk melakukannya, seperti yang sudah disebutkan bahwa kita adalah makhluk yang lemah. Karena kelemahan kita itu lah kita membutuhkan bantuan yang umumnya kita dapatkan dari manusia maupun dari Tuhan.
Baca juga!
Meskipun kasih bisa kita dapatkan dari orang lain (atau manusia), namun kasih dari Allah berbeda dengan kasih manusia. Kita bisa saja menerima kasih dari manusia atau menerima pemberian manusia karena mungkin kita bersaudara, berkeluarga atau ada hal yang diinginkan dari kita sehingga seseorang melakukannya kepada kita. Pada umumnya kasih manusia itu tidak ikhlas. Berbeda dengan kasih Tuhan yang tidak mengenal pribadi, latar belakang dan alasan tertentu. Semua kita dikasihi oleh-Nya.
Jika kita renungkan, sesungguhnya kehidupan kita ini penuh dengan kasih karunia Allah. Mulai dari kita dilahirkan hingga tumbuh dan berkembang sampai sekarang ini. Semuanya hanya oleh karena kasih karunia Tuhan. Karenanya manusia tidak bisa menyombongkan diri dan merasa seolah-olah kehidupannya ada hanya karena kekuatan dan kemampuannya. Saya yakin tidak ada di antara kita yang merasa bahwa kita hidup hingga saat ini karena kekuatan kita sendiri.
Coba kita renungkan. Jika kita berkata bahwa kita hidup karena kekuatan kita kita sendiri, mungkin kita merasa bahwa tubuh kita kuat. Banyak orang yang lebih kuat dari kita dan jika Tuhan mau mengambil kekuatan kita itu, maka sekejap saja pasti Tuhan mampu melakukannya.
Jika kita juga berkata bahwa kita hidup karena kekayaan dan harta kita, mungkin kita merasa kita mampu mencukupi segala apa yang kita butuhkan dengan harta yang ada pada kita, jika Tuhan mau mengambilnya maka sekejap saja hal itu bisa terjadi.
Itu artinya hidup kita ini bukan karena kekuatan, kemampuan maupun kekayaan kita. Melainkan hanya karena kasih karunia Tuhan.
Kasih karunia diterjemahkan dalam bahasa Batak asi ni roha. Artinya anugerah, kasih, holong ni Tuhan. Kasih Tuhan yang paling besar dalam kehidupan manusia adalah lewat pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib untuk menebus dosa umat manusia. Tidak ada yang melebihi kasih Allah kepada manusia. Kasih Allah sering disebut dengan Kasih Agape. Kasih ini adalah kasih yang abadi, sempurna, penuh pengorbanan dan tanpa syarat. Kasih Agape menggambarkan kasih Allah (lih. 1 Korintus 13:4-8). Kasih Agape adalah kasih yang sempurna. Tuhan Yesus mewujudkan kasih ini dengan mengorbankan diri-Nya untuk menebus semua dosa umat manusia.
Berbeda dengan kasih manusia seperti Kasih Storge (kasih kepada keluarga), Kasih Philia (kasih kepada sahabat atau teman dan Kasih Eros (kasih kepada pasangan). Kasih manusia adalah kasih yang dilandasi oleh hubungan keluarga, teman atau pasangan. Bukan seperti kasih Allah yang tidak memandang latar belakang, semua kita dikasihi oleh-Nya. Kasih yang tulus ikhlas dan tidak mempunyai niatan yang tersembunyi. Itu lah kenapa dikatakan bahwa Allah adalah sumber kasih karunia. Karena Allah sendiri lah kasih yang sesungguhnya.
ISI
Seperti yang sudah disebutkan di atas bahwa kasih Allah adalah kasih yang abadi, kasih yang selalu sama dari dulu sejak dunia ini diciptakan sampai sekarang dan sampai selama-lamanya. Kasih Allah senantiasa menyertai perjalan umat-Nya dari dulu hingga saat ini.
Ketika Israel berada di tanah Mesir dan merasakan penderitaan yang sangat pahit. Allah kemudian membebaskan umat-Nya dari penjajahan Mesir dan menuntun mereka menuju tanah yang dijanjikan oleh Allah kepada para nenek moyang mereka sebelumnya.
Kasih karunia Allah begitu besar kepada umat-Nya, namun mereka justru sering sekali mengecewakan Tuhan dalam kehidupan mereka. Mereka adalah bangsa yang tegar tengkuk, Allah telah menyelamatkan mereka dari Mesir dan membawa mereka melalui Laut Merah dan membiarkan mereka lolos, menuntun mereka di padang gurun namun mereka masih saja tergoda menyembah ilah lain.
Karena sifat mereka yang demikian Allah kemudian menghukum umat Israel (lih. Keluaran 32:25-29) Allah juga tidak akan lagi secara langsung berjalan di tengah-tengah mereka sebab Ia tidak mau mentolerir pengkhianatan umat-Nya itu. Meskipun bangsa itu berkhianat dan menjauh dari Tuhan, kasih-Nya tetap bagi umat-Nya dan berjanji akan tetap menyertai mereka dengan mengutus seorang malaikat berjalan di depan mereka. Walaupun umat-Nya telah berkhianat dan memberontak tetap saja Allah mengasihi umat-Nya.
Tentu saja Allah marah dalam hal ini karena ketidaksetiaan umat-Nya itu, sehingga Allah kemudian berbuat demikian. Namun Musa sebagai pemimpin mereka menyadari bahwa tanpa penyertaan Tuhan mereka tidak akan sanggup melalui perjalanan menuju tanah perjanjian. Sehingga ia meminta kepada Tuhan agar menyertai perjalanan mereka.
1. Musa meminta kasih karunia Tuhan menyertai mereka (ayat 15-17)
Sebagai sebuah bangsa yang berjalan di padang gurun pasti lah Israel akan menghadapi berbagai ancaman, seperti binatang buas, kelaparan, kehausan, kepanasan, kedinginan, bahaya ancaman dari bangsa-bangsa lain yang sewaktu-waktu bisa mengancam kehidupan mereka. Karena itulah Musa meminta penyertaan Tuhan di padang gurun. Musa sebagai abdi Allah menyadari bahwa mereka tidak akan sanggup untuk melalui semua tantangan itu tanpa penyertaan Tuhan. Bahkan Musa berpendirian jika Allah sendiri tidak membimbing mereka, janganlah kiranya Allah menyuruh mereka berangkat dari tempat mereka (ayat 15). Sikap Musa dalam hal ini menunjukkan bahwa betapa tidak berdayanya mereka di hadapan Tuhan.
Musa tidak mau mereka berjalan tanpa penyertaan Tuhan, sebab selama ini karena bersama dengan Tuhan lah mereka mampu melalui segala pencobaan. Itu lah yang membedakan mereka dengan bangsa yang lain (ayat 16). Bangsa-bangsa yang lain yang menyembah ilah-ilah, ketika mereka menghadapi persoalan dan tantangan tentu ilah itu tidak mampu menyelamatkan mereka, sebab mereka lah yang menciptakan sendiri ilah itu. Berbeda dengan bangsa Israel yang menyembah Tuhan, dalam segala kehidupan mereka Tuhan turut bekerja, berjalan bersama mereka, termasuk menyelamatkan mereka dari segala mara bahaya. Itu lah yang membedakan bangsa yang berjalan bersama dengan Allah dengan yang tidak.
Ketika Musa meminta hal itu kepada Allah, Allah berjanji akan memberikan apa yang ia minta, karena ia telah mendapat kasih karunia di hadapan Allah dan Allah mengenalnya (atau mengenal namanya) (ayat 17). Dalam hal ini kita dapat melihat mengapa Allah memberikan kasih karunia-Nya. Allah memberikan kasih karunia-Nya karena Allah mengenal Musa, mengenal pribadinya. Dalam terjemahan bahasa aslinya disebutkan mengenal namanya.
Baca juga!
Dalam sejarah bangsa Israel, nama dan pribadi itu adalah satu kesatuan. Goarna do daina. Nama yang diberikan kepada seseorang itu selalu memiliki makna. Makna 'nama' adalah mendasar dan mendalam sekaligus jelas dipahami. Memberikan nama adalah hak istimewa seorang atasan. Sama halnya ketika orang Batak dari yang terdahulu dan masih ada yang melakukannya hingga kini, memberikan nama kepada anak-anaknya karena punya kisah, punya pengharapan. Contoh ketika orang tua memberikan nama anaknya Gabe, pasti karena ada suatu kisah dibalik nama itu atau harapan yang disematkan dalam nama itu. Walau saat ini sering nama itu tidak sesuai dengan pribadinya. Contoh dibuat namanya Burju tapi sifatnya bandal, dll. Jadi ketika Allah berkata bahwa Ia mengenal nama Musa, bukan berarti hanya mengenal nama saja, seperti pemahaman sekarang, namun Allah tahu pribadi Musa itu seperti apa.
Allah mengenal Musa sebagai abdi-Nya dan mengenal bangsa-Nya yang sesungguhnya tidak bisa berjalan tanpa penyertaan Tuhan. Allah juga mengenal kerendahan hati Musa yang menyadari ketidakmampuannya di hadapan Allah. Dari sini kita dapat melihat bahwa Allah memberikan kasih karunia-Nya itu kepada orang yang rendah hati, yang mengakui ketidakmampuannya di hadapan Tuhan.
2. Musa ingin melihat kemuliaan Allah (ayat 18-20)
Ketika apa yang diminta oleh Musa kepada Allah dipenuhi. Ia kemudian meminta agar ia dapat melihat kemuliaan Allah. Musa memang tidak begitu lama berbicara dengan Allah namun Musa berhasil membujuk Allah agar Allah menyertai perjalanan bangsa-Nya. Persekutuan dengan atau bersama dengan Allah akan selalu menghasilkan sesuatu. Ketika yang Musa minta diberikan oleh Allah, ada kerinduan untuk meminta yang lain lagi. Ketika kita bersekutu dengan Allah di situ lah kesempatan kita untuk meminta apa yang kita perlukan, jangan pernah menyia-nyiakan persekutuan dengan Tuhan. Tidak ada niat yang tidak baik dari permintaan Musa ini. Ia hanya ingin mengenal lebih dekat lagi kepada Tuhan. Ketika kita bersekutu dekat dengan Tuhan akan selalu ada kerinduan untuk semakin mengenal-Nya, itu lah yang dilakukan oleh Musa. Selama ini ia hanya mendengar suara Allah, kali ini ia ingin meminta lagi agar semakin kenal Tuhan lewat penglihatannya.
3. Tidak ada orang yang tahan memandang Allah (ayat 20-23)
Allah tidak serta merta memenuhi permintaan Musa di ayat sebelumnya. Bukan karena Allah tidak mau melakukannya, namun hal ini diakibatkan karena kasih Allah kepada Musa. Agar penglihatan Musa tidak mengakibatkan kebinasaan baginya. Pertanyaannya mengapa kita tidak bisa melihat wajah Allah? Dan Alkitab sendiri berkata bahwa tidak seorang pun pernah melihat Allah (lih. Yohanes 1:18). Barangkali hal ini agak sedikit membingungkan, karena di ayat 11 dikatakan bahwa Tuhan berbicara kepada Musa dengan berhadapan muka dan seperti berbicara kepada teman. Padahal dalam ayat ini dikatakan bahwa orang yang melihat Allah akan binasa atau tidak dapat hidup.
Menjembatani hal ini kita dapat memahami bahwa yang berbicara dengan Musa adalah Allah Anak. Namun permintaannya untuk melihat Allah Bapa ditolak. Memang yang digunakan dalam kedua ayat ini (ayat 11 dan ayat 20 yang merujuk ke ayat 19) adalah YHWH, Jahowa, namun ini bukanlah hal yang sulit dipahami bahwa Allah Bapa dan Allah Anak adalah satu, tidak terpisahkan.
Yehezkiel 1 memberikan kita gambaran ketika Yehezkiel melihat kemuliaan Tuhan. Di ayat 13 dikatakan bahwa kelihatan bara api yang menyala seperti suluh dan api itu bersinar. Bara api ini menunjukkan kekudusan Allah dan hukumannya atas dosa (lih. Wahyu 20:14-15). Allah adalah Allah yang kudus (lih. Imamat 19:2). Ketika Musa diutus oleh Tuhan untuk membebaskan umat-Nya dan bertemu dengan Allah di gunung Horeb, Allah mengingatkan Musa agar menanggalkan kasutnya sebab tempat di mana ia berdiri adalah kudus. Dosa tidak akan tahan berhadapan dengan Allah yang kudus.
Dari sini kita dapat melihat mengapa manusia tidak dapat melihat wajah Allah adalah karena kekudusan Allah, sedangkan manusia berdosa. Memang sepertinya, seperti di Yehezkiel tadi disebutkan Yehezkiel melihat kemuliaan Tuhan dan dalam Kejadian 32:30 juga ketika Yakub bergumul dengan Allah, Yakub melihat Allah berhadapan muka, namun nyawanya tertolong. Allah bisa saja menampakkan diri dalam berbagai cara kepada umat-Nya, ketika manusia bertemu dengan Allah, melihat Allah dan tidak celaka. Itu bukan karena manusia itu yang tidak berdosa, namun karena Allah sendiri yang berniat untuk menampakkan diri dan tidak membuat celaka kepada siapa Ia menunjukkan diri. Situasi ini semakin memperjelas bahwa kita adalah manusia yang berdosa dan tidak berdaya di hadapan Alla dan upah dari dosa adalah maut, namun Allah masih mengasihi kita, memberikan kasih karunia-Nya kepada kita.
Kisah Musa yang ingin melihat kemuliaan Allah ini bisa juga memberikan pesan kepada kita agar semakin meneguhkan iman. Allah ingin kita berjalan di dunia ini dengan iman bukan sekadar penglihatan dan logika pikiran. Seperti yang dikatakan dalam Roma 10:17 iman timbul dari pendengaran.
Ketika Allah berkata kepada Musa bahwa tidak ada orang yang memandang Allah dapat hidup, maka Allah memberikan solusi agar Musa tidak binasa, Allah akan menempatkan Musa dalam lekuk gunung dan menudungi Musa dengan tangan kanan-Nya sampai Allah berjalan lewat (ayat 21-23). Allah tidak membiarkan umat-Nya binasa dan Allah sendiri memberikan jalan agar umat-Nya itu tidak binasa. Itulah karena begitu besarnya kasih karunia Allah itu. Sama sekali Allah tidak ingin Musa celaka. Sama seperti yang dikatakan dalam Yeremia 29:11 bahwa rancangan Tuhan adalah rancangan damai sejahtera, bukan kecelakaan.
Walau Allah tidak menemuhi apa yang diminta oleh Musa untuk melihat kemuliaan-Nya, Allah tetap memberikan kepastian kepada Musa bahwa Allah akan memperlihatkan segenap kegemilangan-Nya dari hadapan Musa. Allah menunjukkan kebaikan-Nya kepada Musa dan bangsa Israel dengan bersedia mengampuni Israel dan akan menujukan segala kebaikan Tuhan kepada mereka. Kebaikan dan kegemilangan Tuhan adalah kemuliaan-Nya. Allah menyampaikan kemuliaan-Nya dan kedaulatan-Nya kepada Musa dan bangsa Israel. Ia berjanji akan memberikan kasih karunia kepada siapa Ia akan memberinya dan mengasihi siapa yang Ia akan kasihi.
Pernyataan Allah ini menegaskan bahwa Allah itu begitu baik dan merupakan sumber kasih karunia dan Ia siap memberikannya. Ia memberikannya kepada siapa Ia mau, artinya kasih karunia Tuhan itu tidak bisa dipaksa. Bukan karena ketika Musa atau orang lain memintanya maka Ia memberikannya. Ia memberikan kepada siapa Ia mau berikan. Hal ini tentu berkaitan dengan penjelasan sebelumnya dalam ayat 17 yang mengatakan bahwa Allah mengenal Musa. Tentu saja pengenalan ini adalah baik, karena Allah mengenal bahwa Musa membutuhkannya maka Allah memberikannya.
Adapun hal yang dapat menjadi pembelajaran iman bagi kita adalah:
- Sadarilah kelemahan dan kekurangan kita. Seperti Musa yang dengan sikap rendah hati menyadari kelemahannya di hadapan Allah. Sikap ini sangat penting agar kita jangan sampai menyombongkan diri dan merasa kita sanggup menghadapi segala hal dalam kehidupan ini. Karena itulah kita membutuhkan Tuhan dalam hidup kita. Mintalah pertolongan Tuhan. Jangan pernah mengandalkan kemampuan kita sendiri. Andalkanlah Tuhan.
- Kita harus berbeda dengan orang yang tidak percaya. Sama seperti Israel yang berbeda dengan bangsa lain, sebab Israel adalah bangsa Allah, maka hendaklah mereka hidup bersama dengan Allah, mengandalkan Allah. Jangan seperti bangsa lain yang mengandalkan kekuatan, pikiran, kemampuan fisik atau kekayaan mereka. Begitu juga dengan kita orang yang percaya, andalkanlah Tuhan. Ketika ada orang yang menghadapi pergumulan, ingatkan mereka agar tetap mengandalkan Tuhan. Itu bedanya kita dengan orang yang tidak percaya.
- Allah itu penuh kasih karunia. Mintalah, maka Allah akan memberikannya. Sama seperti Musa yang meminta kepada Tuhan agar Allah memberikan kasih karunia-Nya kepada mereka. Mintalah kasih karunia Tuhan bekerja atas kehidupanmu, maka kita akan mendapatkan kasih karunia itu. Allah mengenal kita, Allah mengenal ketidakmampuan kita, jika Allah melihat kita membutuhkannya maka Ia pasti akan memberikannya. Itulah yang dikatakan Matius 7:7-8 mintalah maka akan diberikan. Karena Musa meminta maka kepadanya juga diberikan.
- Saat ini tentu sudah banyak kasih karunia Tuhan yang kita rasakan dalam kehidupan kita. Bukan hanya kekayaan, kesuksesan namun dalam hal-hal kecil sekalipun Allah tetap bekerja dalam kehidupan kita. Bersyukurlah sebab Allah memberikannya kepada kita. Sebab Allah memberi kasih karunia kepada siapa Ia mau memberikannya.
- Allah memberikan kasih karunia-Nya secara cuma-cuma kepada kita. Karena itu jangan sampai kasih karunia itu hanya berhenti di kita. Bagikan kasih karunia itu kepada orang lain.
KESIMPULAN
Tema Minggu kita hari ini adalah Allah adalah sumber kasih karunia. Dari perjalanan Musa bersama bangsa Israel kita dapat melihat bahwa kasih karunia Allah itu sangat penting dalam kehidupan manusia. Kita tidak dapat menjalani kehidupan kita tanpa kasih karunia Allah. Karena itu hendaklah kita jangan mengandalkan pemikiran, kemampuan kita dalam menjalani kehidupan.
Apalagi saat ini kita menghadapi banyak persoalan dan tantangan dalam kehidupan. Saat ini manusia sudah semakin berkembang dan cenderung dikuasai oleh pemikiran dan kemampuan secara materi dan lain sebagainya. Ketika kita menghadapi persoalan hidup langsung dihinggapi oleh pikiran yang berisi rasa takut mungkin kita berpikir kita tidak akan mampu menyelesaikan persoalan dari sisi kemampuan, pikiran, materi dan lain sebagainya. Sehingga jadi cenderung memfokuskan diri untuk memenuhi hal-hal tersebut. Kita lupa bahwa Allah begitu penuh dengan kasih karunia. Ketika menghadapi persoalan hidup mintalah kasih karunia-Nya bekerja atas kehidupan kita. Semoga kehidupan kita dilimpahi oleh kasih karunia Tuhan. Amin. (tps)
Ditulis oleh Vic. Pdt. Timothy P Saragi
HKI Immanuel Magetan, Jawa Timur
Bahan khotbah ini dapat diunduh dengan meng-klik link di bawah ini!
1 komentar
Mauliate amang