wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t
Bookmark

KHOTBAH MINGGU 25 JUNI 2023 - MATIUS 10 AYAT 32-39 - MENGIKUT YESUS DAN MEMIKUL SALIB

KHOTBAH MINGGU 25 JUNI 2023 

MENGIKUT YESUS DAN MEMIKUL SALIB 

Matius 10:32-39 

Khotbah-Minggu-25-Juni-2023-Matius-10-ayat-32-39-Mengikut-Yesus-dan-Memikul-Salib


Khotbah Minggu 25 Juni 2023 
Minggu 3 Setelah Trinitatis 

Trinitatis artinya ketritunggalan Allah (hasitolusadaon ni Debata) (bandingkan Matius 28:18-19). 

NAS 

Setiap orang yang mengakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga. ”Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang. Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku; dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku. Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya. 



PENDAHULUAN 

Bapak/ibu saudara/i yang terkasih dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Hari ini Minggu 25 Juni 2023 kita memasuki Minggu Ketiga Setelah Trinitas. Dalam Minggu ini kita disapa oleh firman Tuhan dari Matius 10:32-39 dengan tema "Mengikut Yesus dan Memikul Salib." 

Ada dua poin menarik yang disampaikan dalam tema kita kali ini, yaitu mengikut Yesus dan memikul salib. Keduanya tidak terpisah, tapi satu kesatuan. Orang yang mengikut Yesus wajib memikul salib. 

Saat ini orang-orang yang mengikut Yesus disebut sebagai orang Kristen. Kristen berarti pengikut Kristus. Kata Kristen pertama kali muncul di Antiokhia. Dalam Kisah Rasul 11:26 dikatakan "Mereka tinggal bersama-sama dengan jemaat itu satu tahun lamanya, sambil mengajar banyak orang. Di Antiokhialah murid-murid itu untuk pertama kalinya disebut Kristen." 

Kata Kristen awalnya adalah ejekan, namun kemudian diterima sebagai sebutan untuk para pengikut Kristus. Hal ini merujuk pada 1 Petrus 4:16 "Tetapi, jika ia menderita sebagai orang Kristen, maka janganlah ia malu, melainkan hendaklah ia memuliakan Allah dalam nama Kristus itu." 

Dalam sejarah gereja kita ketahui bahwa sejak dari awal para pengikut Yesus sudah tidak disukai oleh beberapa golongan. Ketidaksukaan ini dilandasi oleh berbagai hal dan kepentingan. Akibatnya orang-orang yang tidak menyukai orang Kristen itu menindas bahkan membunuh orang-orang yang percaya kepada Yesus. 

Percaya kepada Yesus punya konsekuensi yang serius. Mengaku diri sebagai orang Kristen, pengikut Yesus, pengikut Kristus berarti mengikut dan menghidupi ajaran dan jalan hidup Kristus. Kristus sendiri pada akhirnya harus mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia. Maka sebagai pengikut Kristus kita juga dituntut agar sama seperti Kristus, memikul salib. Itulah yang disampaikan dalam perikop khotbah kita hari ini, mengikut Yesus dan memikul salib. Bagaimana kah mengikut Yesus dan memikul salib berdasarkan nas ini? Kita akan mendalaminya dalam penjelasan berikut. 



PEMBAHASAN 

Perikop khotbah ini merupakan bagian dari ajaran Yesus ketika Ia mengutus keduabelas muridNya (rasul) (ayat 5-15) membekali dan menasehati mereka bagaimana mereka harus mengikut Yesus dan memberitakan bahwa kerajaan sorga sudah dekat. Sebagai seorang guru, Yesus mengajarkan kepada mereka tentang apa-apa saja yang penting mereka perhatikan. Yesus memberikan nasihat kepada mereka dan memberikan beberapa petunjuk dan peringatan. Yesus juga mengingatkan mereka bahwa kelak akan datang penganiayaan mereka akan dibenci, diburu, disakiti, dipersusah bahkan ditumpas (ayat 16-25). Kendati demikian Yesus mengingatkan agar mereka jangan takut (ayat 26-33). Jangan takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka (Matius 10:28). 

Ketakutan ini sangat penting diperhatikan, sebab karena takut banyak orang akan menyangkal Yesus dan tidak mengakuinya. Oleh sebab itulah Yesus berkata agar jangan takut kepada manusia biasa yang walaupun bisa membunuh tubuh, tapi tidak dapat membinasakan jiwa. 

1. Jangan pernah Menyangkal Yesus (ayat 32-33).

Seperti yang sudah dikatakan di atas bahwa karena takut orang bisa menyangkal Yesus. Menyangkal dalam KBBI artinya mengingkari, tidak mengakui, tidak membenarkan. Pertanyaannya kenapa menyangkal? Karena takut. Takut kehilangan hal-hal berharga, mulai dari harta, keluarga, jabatan, kekayaan bahkan nyawa. Nyawa adalah hal paling berharga yang dimiliki manusia. Selagi manusia masih bernyawa, ia masih bisa mendapatkan yang lainnya itu. Karena ketakutan akan kehilangan semuanya itu orang bisa jadi menyangkal Yesus, tidak mengakuiNya. 

Kepada orang-orang yang menyangkal Yesus tentu akan ada konsekuensinya. Yesus sendirian bilang, orang yang menyangkal Dia di hadapan manusia, Ia juga tidak akan mengakuinya di hadapan Bapa yang di sorga. Kalau tidak diakui berarti kematian yang akan menjadi konsekuensinya, sebab Dialah yang berkuasa untuk membinasakan tubuh serta jiwa pada waktu yang bersamaan. Hal ini menarik, sebab alih-alih karena ingin mempertahankan nyawa justru jadi kehilangan nyawanya. Itu sebabnya Yesus berkata, siapa yang kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan hidup (ayat 39). 

Manusia sering sekali lebih takut kepada manusia dari kepada Tuhan. Lebih takut kepada hal-hal yang sifatnya di dunia dari pada sorgawi, sehingga sering sekali orang berbuat dosa seolah-olah tidak ada yang tahu, padahal Tuhan tahu. Kadang-kadang manusia lebih takut berbuat salah di hadapan manusia dari pada di hadapan Tuhan. Dalam kehidupan sehari-hari misalnya, dalam pekerjaan, orang bisa saja bohong atau mencuri atau berbuat kesalahan yang lain dan menyembunyikan dan selalu berusaha agar orang lain tidak tahu, tapi Tuhan tahu. 

Kita diingatkan agar jangan kita lebih takut kepada manusia ketimbang kepada Tuhan. 


2. Yesus Membawa Pemisahan (ayat 34-36).

Pernyataan Yesus ini sangat kontroversial apabila tidak dipahami dengan benar. Yesus adalah Raja Damai (Yesaya 9:5). Hanya Yesus yang mampu memperdamaikan manusia dengan Allah. Oleh sebab itu Dia adalah Raja Damai. Lantas kenapa Yesus berkata bahwa Dia datang bukan untuk membawa damai? Tapi justru membawa pedang. 

Kita jelas ketahui bahwa Yesus datang ke dunia ini untuk membawa damai dan memberitakan bahwa kerajaan sorga sudah dekat. Ketika diperhadapkan dengan manusia tentu saja akan ada manusia yang menerimanya dan menolaknya. Ada orang yang dengan sukacita menerima Injil tapi juga ada yang bahkan membencinya. Maka dalam hal ini lah orang yang menerima dan mengikut Yesus akan terpisah dari orang yang tidak menerimanya dan membencinya. 

Hal itu lah yang dimaksudkan oleh Yesus dengan membawa pedang. Pedang punya fungsi sebagai alat untuk berperang yang bisa membunuh, tapi pedang juga bisa digunakan untuk memisahkan sesuatu. Memisahkan daging dari kulit misalnya, memotong sesuatu yang awalnya utuh menjadi terpisah. 

Dalam Ibrani 4:12 dikatakan "Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua mana pun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita." Contoh yang sangat menarik dicantumkan di sini, sendi dan sumsum, pada dasarnya keduanya tidak terpisahkan, sebab agar berfungsi sebagai mana layaknya harus satu. Tapi kemudian sesuatu yang begitu erat dan tidak terpisahkan sekali pun akan bisa dipisahkan oleh firman Tuhan. 

Di ayat 35 dikatakan Yesus datang untuk memisahkan orang (anak) dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu menantunya dan di ayat 36 dikatakan musuh orang (anak) adalah seisi rumahnya (misalkan suami dan istri). Kita sudah jelas ketahui bahwa relasi itu sebenarnya tidak terpisahkan, betapa pun kita berusaha untuk tidak mengakui keluarga kita, tetap akan selalu ada hubungan, apalagi yang sedarah. Mengenai orang yang sedarah, orang Batak bilang "tampulon aek do na mardongan sabutuha" (harfiah: hubungan orang yang lahir dari perut yang sama bagaikan membelah air). Artinya orang yang sedarah itu tidak akan terpisahkan, hanya diibaratkan seperti memotong air, betapapun tajam nya pisau yang memotong nya ia akan kembali bersatu. Tapi betapapun tidak terpisahkan nya Yesus bilang bahwa Ia datang untuk memisahkan relasi yang tidak terpisahkan itu. Artinya firman Tuhan itu memang benar-benar tajam. 

Jika kita menerima Kristus sebagai Tuhan dalam hidup kita, maka firman Tuhan itu akan benar-benar bekerja dalam hidup kita. Memisahkan diri kita dari sifat keduniawian, memisahkan diri kita dari hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. Jadi kita pun kalau kita bilang kita percaya kepada Tuhan baiklah kita selidiki apakah firman Tuhan itu sudah benar-benar hidup dalam diri kita. 

Bukan berarti Yesus ingin agar kita yang berkeluarga jadi tercerai berai, kita hanya akan terpisah dari mereka karena iman kita kepada Yesus. 

Tentu saja kita tidak mau terpisah dengan orang yang kita kasihi. Karena itu agar kita bisa tetap bersama dengan mereka dalam iman kepada Kristus, mari kita juga ajak mereka agar selalu hidup dalam firman Tuhan. 


3. Bagaimana Mengikut Yesus (ayat 37-39).

Yesus kemudian memberikan sebuah konklusi bagaimana kita harus mengikut Dia. Yesus berkata bahwa kita harus lebih mengasihi Dia lebih dari siapapun dan lebih dari apapun (ayat 37) bahkan melebihi kasih kita kepada anak-anak kita. 

Seperti yang sudah dikatakan bahwa anak-anak, keluarga, harta, pangkat dan jabatan kita bisa menjadi penghambat bagi kita akan keseriusan kita beriman kepada Yesus. Kita jangan lebih mencintai harta maupun orang lain ketimbang Yesus. 

Tidak salah Yesus berkata bahwa lebih mudah seekor unta masuk ke dalam lobang jarum ketimbang orang kaya masuk ke dalam kerajaan Allah (Matius 19:24). Karena harta itu bisa membuat kita menyangkal Yesus. 

Kita ulas kembali perihal apa yang membuat seseorang bisa mengingkari, menyangkal Yesus. Orang sering bilang tantangan seorang lelaki itu adalah harta, tahta dan wanita. Agaknya ini bisa menggambarkan akan iman kita agar jangan menyangkal Yesus. Jangan lebih mencintai harta, tahta atau jabatan maupun wanita atau keluarga ketimbang mencintai Yesus. 

Banyak sekarang orang yang karena harta, jabatan, hubungan, jadi menjual imannya, meninggalkan iman kepercayaannya. Karena ia lebih mencintai apa yang sudah disebutkan tadi. Ia lebih rela kehilangan Yesus ketimbang hal-hal yang sifatnya duniawi. 

Yesus bilang orang-orang seperti itu tidak patut menjadi muridNya. 

Lalu Yesus berkata bahwa orang percaya harus memikul salib (ayat 38). Yesus memikul salibNya dan Ia meminta kita agar kita juga memikul salib. Apa artinya memikul salib? Apakah harus memikul salib seperti salib Yesus? Ephorus Emeritus HKI Pdt. Dr. Lansung Sitorus berkata dalam satu videonya biarlah Yesus memikul salibNya, kita tidak perlu memikul salib Yesus. Ada dua orang lain yang disalibkan bersama Yesus (Lukas 23:32-46) dan kedua orang itu punya salib masing-masing. Salib yang satu membawa kepada keselamatan dan yang satu lagi pada kematian. Salib itu membawa keselamatan ketika ia bertobat dan mau menerima Yesus sebagai Juru Selamat. 

Kita juga punya salib masing-masing. Salib tidak harus salib kayu seperti salib Yesus. Salib itu simbol dari penderitaan tapi juga simbol kemenangan. Yesus telah mengalahkanNya dan Ia menang. Kita juga punya penderitaan masing-masing di mana kita berada dalam aktivitas apa yang kita lakukan, tapi jangan jadi menyangkal Yesus karena penderitaan itu. Jalani dan hidupilah, sehingga kalau kita berhasil memikulnya maka kita akan menang. Dengan demikian maka kita akan benar-benar setia menjadi pengikut Kristus. 

Selanjutnya Yesus mengatakan di ayat 39 sebuah penguatan bagi kita. Dalam memikul salib, mengikut Yesus, sudah memang pasti akan selalu ada tantangan, godaan dan cobaan. Seperti yang sudah disebutkan tadi bisa jadi kehilangan hal yang paling berharga, yaitu nyawa. Tapi Yesus menghibur kita dan sekaligus memberitahukan konsekuensi jika kita mempertahankan nyawa kita yang membuat kita menyangkal Dia. Yesus berkata jika kita kehilangan nyawa kita karena mengikut Dia, maka kita akan memperolehnya. 

Ada sebuah kisah menarik yang dapat menjadi refleksi bagi kita tentang mengikut Yesus dan memikul salib. Kisah yang dimaksud adalah kisah dibalik terciptanya sebuah lagu rohani yang sangat terkenal yaitu "I have Decided to Follow Jesus" atau "Mengikut Yesus Keputusanku." 

Lagu ini merupakan sebuah kesaksian iman dari seorang yang bernama Nokseng bersama keluarganya dari suku Garo di daerah bernama Assam di bagian Timur negara India. Kisah ini terjadi pada tahun 1800-an. Pada waktu itu terjadi kebangkitan rohani secara besar-besaran di Eropa yang menghasilkan banyak sekali para misionaris-misionaris untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia. Hasilnya beberapa misionaris dari Inggris pergi memberitakan Injil ke India dan mencoba memberitakan Injil ke beberapa suku primitif di sana. 

Assam sendiri bukanlah suku yang mudah untuk pemberitaan Injil mereka punya kebisaan kanibalisme dan mengoleksi kepala orang lain yang menjadi simbol kekuatan bagi mereka. Semakin banyak kepala yang dikoleksi maka mereka dianggap semakin kuat dan sanggup untuk memimpin dan memberikan perlindungan. Di sisi lain mereka juga tidak begitu senang dengan kedatangan orang lain. 

Kendati dalam situasi yang demikian, ternyata Injil dapat diterima oleh sekeluarga yang telah disebutkan tadi, Keluarga Nokseng, ia, istrinya dan dua orang anaknya. Mereka menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Tidak hanya itu kehidupan mereka juga mulai berdampak kepada orang yang lain karena mereka juga memberitakan Injil kepada orang lain. Berita ini sampai kepada kepala suku. Kepala suku tidak menyukainya dan ia begitu marah. Ia meminta agar semua masyarakat dikumpulkan. 

Ia kemudian memanggil keluarga pertama yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat, yaitu keluarga Nokseng. Mereka dipanggil untuk diadilidiadili di tengah-tengah kumpulan masyarakat. Kepala suku mengangkat tombaknya dan mengancam supaya Nokseng dan keluarganya meninggalkan iman mereka, alih-alih menyerah dan berpaling dari Kristus, ia kemudian merespon dengan kalimat dari lagu yang diciptakannya ketika ia pertama kali mengenal Yesus: “I have decided to follow Jesus, no turning back.” Mendengar kalimat ini, kepala suku jadi marah, lalu memerintahkan anak buahnya menghujamkan tombak kepada kedua anaknya. 

Tidak berhenti sampai di situ, kepala suku mengatakan “Jika kamu tidak mau meninggalkan imanmu itu, bukan hanya anakmu yang mati, isterimu juga akan mati.” Bukannya menyerah tetapi justru Nokseng mengucapkan “Though none go with me, still I will follow. No turning back.” Kepala suku kemudian memerintahkan membunuh isteri Nokseng. Setelah isterinya mati, kepala suku kemudian berkata, “Aku memberikan kamu satu kesempatan lagi, jika kamu mau berbalik dari imanmu maka kamu akan hidup.” Tetapi dengan mantap Nokseng berkata “The cross before me, the world behind me. No turning back.  No turning back.” Itu menjadi ucapan terakhir yang keluar dari dirinya karena kepala suku itu kemudian membunuhnya. 

Kematian Nokseng dan keluarganya berdampak besar bagi masuknya Injil Kristus  dan berkembang pesat di daerah itu. Beberapa waktu berlalu, kepala suku  jadi penasaran, mengapa ada orang yang begitu teguh percaya dan beriman kepada Yesus Kristus, tidak mungkin ada orang yang mau mati jika bukan karena kekuatan supranatural yang mempegaruhinya. Rasa penasaran ini akhirnya mebawa kepala suku bertemu secara pribadi dengan Kristus ketika ia membaca Injil dan menjadi percaya karena kesaksian hidup keluarga yang telah ia habisi. 

Ia kemudian memanggil seluruh rakyatnya untuk berkumpul di alun-alun desa itu dan menyatakan imannya kepada Yesus Kristus di hadapan semua orang. Perbuatannya ini mendorong semua warganya untuk mengikut Kristus. Mulai saat itu kekristenan berkembang pesat di daerah itu. 

Kesaksian ini mengingatkan kita bahwa memang mengikut Tuhan bukanlah hal yang mudah. Akan ada banyak tantangan, bahkan melibatkan nyawa sekalipun. Tetapi keteguhan iman dan pengharapan selalu menolong setiap orang percaya untuk tetap percaya. Tantangan yang kita hadapi bisa saja berbeda-beda, tetapi pada prinsipnya adalah, tetaplah kuat berpegang pada iman kita kepada Yesus Kristus. 

Seorang bapa Gereja Paulus Tertulianus pernah berkata bahwa "darah para martir adalah benih bagi pertumbuhan gereja." Di masa awal-awal kekristenan banyak orang yang mati martir karena iman percaya kepada Kristus. Walau diperhadapkan dengan kematian mereka tetap teguh mengikut Kristus sehingga nyawa menjadi ganjarannya. Tapi kemudian sikap yang demikian itu akan membuat orang bertanya-tanya dan penasaran mengapa orang begitu mau dan teguh untuk percaya sampai kehilangan nyawanya. Sehingga orang kemudian akan mempelajari tentang kekristenan dan membuat orang lain menjadi percaya. Sikap orang Kristen itu menjadi perhatian bagi banyak orang. Maka kita juga diingatkan agar hidup kita juga menunjukkan nilai-nilai kristiani. Dari situlah kita juga telah turut memberitakan Injil kepada orang banyak. 



KESIMPULAN 

Bapak/ibu saudara/i khotbah kita kali ini dalam Ibadah Minggu ke-tiga Setelah Trinitatis dan kita disapa oleh kebenaran firman Tuhan dari perkataan Yesus dalam Matius 10:32-39 dan tema yang diberikan adalah mengikut Yesus dan memikul salib. Sekilas memang rasanya sangat berat untuk melakukan hal ini, sebab terasa sangat menyesakkan membuat kita harus merelakan banyak hal. Tapi percayalah bapak ibu kepercayaan itu tidak sia-sia, pada akhirnya akan berbuah manis. 

Mari kita menghidupi firman Tuhan ini dengan berkomitmen untuk:

1. Mengikut YesusMari kita tetap teguh mengikut Yesus. Mengikut Yesus bukan saja hanya mengaku percaya namun harus sungguh-sungguh menghidupinya dalam kehidupan sehari-hari. 

2. Memikul SalibKeseriusan kita mengikut Yesus juga harus diikuti dengan kesetiaan memikul salib. Kita semua punya salib yang berbeda-beda yang harus kita pikul. Pikullah itu dan harus sampai akhir jangan pernah berhenti di tengah jalan. 

3. Berkomitmen untuk memberitakan InjilMari kita hidup dalam firman Tuhan dan berkomitmen untuk memberitakan firman Tuhan dalam hidup kita. Memberitakan firman Tuhan itu bukan hanya tugas pendeta, sintua, parhalado, atau jabatan pelayan gereja lainnya, tapi tugas kita semua. Firman Tuhan itu tidak boleh hanya berhenti di kita, tapi harus kita sebarkan kepada orang lain. Seperti perikop Epistel kita pada Minggu ini, ketika Yeremia menolak untuk memberitakan pesan Tuhan, ia seperti api yang menyala-nyala dan dia tidak sanggup untuk sanggup untuk menahannya (Yeremia 20:9). Firman Tuhan itu hidup bapak/ibu, ia akan mengajari kita tentang apa yang akan kita lakukan. Sama seperti Yeremia yang berkomitmen untuk tetap memberitakan firman Tuhan, karena ia tahu bahwa Tuhanlah yang menyertai dia (Yeremia 20:11). Karena itu bapak/ibu, jangan pernah takut untuk memberitakan Injil, karena Tuhan akan senantiasa menyertai kita. 

Semoga kita dimampukan untuk mengikut Yesus dan memikul salib. Amin. (tps) 


Ditulis oleh Vic. Pdt. Timothy Saragi 
HKI Immanuel – Magetan, Jawa Timur 

Catatan: 
Semua iklan yang terdapat pada website dan tulisan ini tidak ada hubungannya dengan timothysaragi.com. 

Dapatkan update artikel terbaru dari timothysaragi.com. Mari bergabung di Channel Telegram "timothysaragi.com Artikel Update", caranya klik link https://t.me/timothysaragicomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. 


Posting Komentar

Posting Komentar