wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t
Bookmark

Renungan Harian - 15 Agustus 2023 - Lambat untuk Berkata-kata - Yakobus 1 ayat 19

 Lambat untuk Berkata-kata 

Yakobus1:19 

Renungan-Harian-15-Agustus-2023-Lambat-untuk-Berkata-kata-Yakobus-1-ayat-19

Bacaan: 
Hai saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah. 
- Yakobus 1:19 

Ada satu pepatah orang Batak yang mengatakan: "Na jagar di jolojolo, na jagar di pudipudi, girgir mananginangi bangkol manghatahon jala serep marroha." Artinya kita harus jadi orang yang mau mendengar, tidak apatis, akan tetapi tetap memiliki batasan untuk mengatakan atau menyampaikan sesuatu dan harus tetap memiliki sikap yang rendah hati, jangan sombong. Pepatah ini disampaikan agar setiap orang hendaknya memiliki kepribadian yang rendah hati. 

Relevansinya dalam mendengarkan firman Tuhan adalah agar kita mau merendahkan hati dan pikiran kita untuk mendengarkan firman Tuhan. Kita baru dapat melakukan sesuatu apabila kita sudah memahaminya, barulah kita memiliki niat untuk melakukannya. Pemahaman itu tentu didapat dari apa yang didengar, itulah sebabnya kita sangat penting untuk mendengar. Kita harus mendengarkan firman Tuhan, memahaminya dalam kaca mata iman lalu kita terapkan dalam kehidupan kita. 

Nas renungan kita hari ini mengingatkan kita bahwa salah satu sikap yang baik dalam kepribadian orang yang percaya adalah mendengar. Mendengar itu memang sesuatu yang sangat penting. Jika kita menggunakan analogi bagian dari tubuh kita ini, masing-masing kita memiliki dua telinga dan satu mulut. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hidup ini, kita harus lebih banyak mendengar dari pada berkata-kata. Bukan berarti berkata-kata itu tidak penting. Jika kita cepat dan sabar dalam mendengar, maka kita akan mengetahui apa yang pantas untuk kita katakan terhadap sesama kita, agar kita jangan sembarangan dalam berkata-kata apalagi sampai tidak memberi kesempatan untuk mendengarkan orang lain ketika berbicara. Kita harus mendengarkan apa yang orang lain katakan secara utuh. Dengan demikian barulah kita dapat paham apa yang hendak kita katakan. Agar kita jangan jadi orang yang sembarangan dalam berkata-kata, apalagi berkata-kata yang tidak baik, mengkritik secara tidak sehat, menyakiti hari orang dan lain sebagainya. Dalam hal ini orang Batak sering berkata: "Jolo nidilat bibir asa nidok hata." Secara harfiah kata ini berarti: "Jilat bibir terlebih dahulu baru berkata-kata." Maksudnya adalah agar kita terlebih dahulu berpikir sebelum berbicara, menyampaikan pendapat atau pandangan, jangan asal bicara. Agar kita juga hati-hati dalam mengutarakan perkataan-perkataan jangan sampai mencelakakan diri kita sendiri atau menyakiti orang lain. 

Sikap ini juga menunjukkan kepada kita bagaimana seseorang dapat dikatakan cerdas secara emosional. Seorang yang cerdas secara emosional itu tidak cepat-cepat marah, walau pada dasarnya semua orang bisa saja marah, tapi kita harus bisa mengendalikan diri agar jangan jadi orang yang pemarah. Jika kita menyadari, sebenarnya kalau kita marah, apa pun yang kita kerjakan pasti hasilnya akan kurang baik. Kalaupun kita marah, hendaklah itu demi kebaikan, bukan semata-mata karena amarah dalam hati. 

Kitab Yakobus ini banyak bicara tentang bagaimana harusnya kehidupan seorang yang percaya, yang harus berlaku dan berbuat sesuai dengan iman. Orang yang percaya itu secara prinsip adalah orang yang telah bertobat. Itu berarti semua sifat-sifat dan perilaku-perilaku yang kurang baik yang tidak sesuai dengan iman Kristiani harus ditinggalkan. Termasuk dalam hal berbicara dan mengendalikan emosi agar jangan sampai jadi pribadi yang cepat-cepat untuk marah. 

Seorang yang percaya kepada Kristus harus memiliki sifat yang rendah hati. Iman harus semakin bertumbuh, semakin diisi dan hidup kita dihidupi oleh firman Tuhan. Ini semua hanya bisa kita bangun dengan sikap rendah hati yang mau mendengarkan firman Tuhan. Ketika sudah mendengarkan firman Tuhan kemudian menghayatinya, barulah ia bisa menghidupi firman Tuhan itu. Jika kita sama sekali tidak mendengar firman Tuhan bagaimana kemudian kita tahu apa yang Tuhan inginkan agar kita lakukan dalam hidup kita? Karena itu berilah diri yang mau mendengar firman Tuhan. Agar imanmu semakin bertumbuh dan kuat. Salah satu pertanda orang yang semakin kuat dalam iman dan hidup dalam firman Tuhan adalah memiliki sifat yang rendah hati. 

Pepatah Batak lain berkata: "Dirgak do eme na lapungon, unduk do eme na porngis." Artinya: "Padi yang isinya tidak padat akan tegak, tetapi padi yang padat isinya akan tunduk." Semakin seseorang memiliki banyak pengetahuan semakin imannya diisi oleh firman Tuhan, maka ia akan jadi pribadi yang semakin rendah hati dan tidak banyak berbicara, kecuali itu sesuatu yang perlu. Apa yang ia bicarakan juga baik adanya, bukan sesuatu yang tidak baik atau bahkan menyakiti perasaan orang lain. Semoga kita bisa menghidupinya di dalam hidup kita sehari-hari dan menjadi pribadi yang semakin rendah hati. Amin. (tps) 


Selamat menjalani kehidupan. 

Doa: 
Ya Tuhan, pemilik hidup kami, terima kasih atas firman-Mu yang telah Kauberikan dalam hidup kami. Ajarilah kami ya Tuhan agar dapat menjadi orang-orang yang rendah hati dan mau merendahkan diri untuk mendengar. Pakai kami ya Tuhan agar dapat menjadi berkat bagi sesama kami. Agar kami berkenan di hadapan Tuhan. Amin. 

Ditulis oleh Vic. Pdt. Timothy Saragi 
HKI Immanuel - Magetan, Jawa Timur 

Catatan: 
Semua iklan yang terdapat pada website dan tulisan ini tidak ada hubungannya dengan timothysaragi.com. 

Dapatkan update artikel terbaru dari timothysaragi.com. Mari bergabung di Channel Telegram "timothysaragi.com Artikel Update", caranya klik link https://t.me/timothysaragicomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. 


Posting Komentar

Posting Komentar