wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t
Bookmark

Renungan Harian - 18 Agustus 2023 - Ibadah yang Disukai Tuhan - Hosea 6 ayat 6

Ibadah yang Disukai Tuhan 

Hosea 6:6 

Renungan-Harian-18-Agustus-2023-Ibadah-yang-Disukai-Tuhan-Hosea-6-ayat-6

Bacaan: 
Sebab Aku menyukai kasih setia, dan bukan korban sembelihan, dan menyukai pengenalan akan Allah, lebih dari pada korban-korban bakaran. 
- Hosea 6:6 

Kitab Hosea merupakan salah satu kitab yang menarik buat saya. Dalam kitab ini dikisahkan Hosea seorang Hamba Tuhan diminta oleh Tuhan agar kawin dengan seorang perempuan sundal (lihat Hosea 1:1). Hal itu diminta oleh Tuhan untuk menggambarkan ketidaksetiaan bangsa Israel kepada Tuhan. Hosea kemudian memiliki anak dari perempuan sundal itu dan Tuhan menyuruh Hosea memberi nama anak-anaknya nama untuk mengingatkan hukuman yang akan menimpa Israel. Meski demikian Hosea diminta untuk mengasihi istrinya yang tidak setia. Kasihnya kepada istrinya menjadi gambaran kasih Tuhan terhadap Israel yang tidak setia. Hubungan antara Tuhan dengan umat-Nya digambarkan seperti pernikahan dalam rumah tangga. Pernikahan yang kokoh dibangun atas dasar saling percaya dan kesetiaan. Namun kepercayaan itu bisa rusak jika pasangan berubah menjadi tidak setia. Ketidaksetiaan itulah yang terjadi dalam hubungan antara Israel dengan Tuhan. 

Bangsa Israel berpaling dari Tuhan dan berdosa dengan menyembah ilah lain. Untuk melindungi bangsa mereka, para pemimpinnya lebih mengandalkan kekuatan militer sendiri dan negeri-negeri asing sekutu mereka daripada mengandalkan Tuhan. Mereka menetap bersama orang-orang Kanaan dan mulai mengikuti cara hidup mereka. Dewa-dewi Kanaan dipercaya mampu memberi hujan dan membuat tanah subur untuk menghasilkan panen yang baik. Mereka mulai ikut serta dalam upacara-upacara keagamaan yang memuja dewa-dewi Kanaan. Sehingga mereka melupakan Tuhan yang telah membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir dan telah memberikan mereka tanah untuk tinggal. Padahal mereka hidup makmur di tanah perjanjian. 

Karena perbuatan mereka itu, maka Tuhan menghukum bangsa Israel. Di pasal 4 dikisahkan bahwa Tuhan akan menentang imam dan bangsa yang tidak setia, di pasal 5 dikisahkan ancaman terhadap Israel dan para pemimpin-pemimpinnya, juga dikisahkan bagaimana bangsa Israel mencari pertolongan di mana-mana tapi usaha mereka itu sia-sia. Bangsa Israel sempat berusaha mengandalkan Tuhan, akibat pemberitaan Hosea, membuat umat saling mendorong agar mereka berbalik kepada Tuhan, namun perubahan hati mereka itu hanya bersifat sementara. Mereka kembali menyembah berhala, saling membunuh demi meraih kekuasaan dan mengandalkan bantuan dari kekuatan asing. 

Mereka berseru agar Israel berbalik kepada Tuhan, sebab mereka berharap bahwa Tuhan akan memulihkan keadaan mereka. Mereka didorong agar bersungguh-sungguh mengenal Tuhan dan mereka yakin bahwa Tuhan akan muncul dan menolong mereka (lihat Hosea 6:1-3). Mereka kembali kepada Tuhan untuk meminta pertolongan. 

Akan tetapi kembalinya mereka itu tidak disertai dengan pengakuan yang sungguh-sungguh yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Tuhan sendiri mengatakan bahwa kasih mereka itu seperti kabut pagi yang hilang pagi-pagi benar (lihat Hosea 6:4). Perubahan yang terjadi di antara mereka itu hanya sebentar saja, setelah itu mereka kembali lagi berbuat dosa di hadapan Tuhan. Akibatnya Tuhan menghukum mereka dengan perantaraan nabi-nabi, membunuh mereka dengan perkataan mulut Tuhan dan hukum Tuhan keluar seperti terang. Barangkali para imam sudah kembali mempersembahkan korban kepada Tuhan (lihat Hosea 6:6) namun mereka tidak berusaha menghentikan umat agar tidak menyembah dewa-dewi Kanaan. 

Dapat dikatakan bahwa para imam telah mempersembahkan korban persembahan kepada Tuhan, agar kiranya Tuhan berbelas kasih kepada mereka dan menyelamatkan mereka. Akan tetapi Tuhan berkata, bahwa bukan korban sembelihan yang disukai oleh Tuhan melainkan kasih setia, pengenalan akan Allah bahkan lebih dari pada korban bakaran (lihat Hosea 6:6). Bukan berarti korban persembahan itu tidak penting, tapi jika persembahan tidak disertai dengan kasih setia kepada Allah, itu sama sekali tidak punya arti. Persembahan itu harus disertai dengan kasih setia dan hidup yang rindu mengenal Allah. Persembahan itu akan percuma jika kita tidak mematuhi perintah Tuhan dan berlaku adil serta baik terhadap sesama. Dengan kata lain ibadah dan korban persembahan kepada Tuhan harus disertai dengan sikap dan tekad untuk hidup sesuai dengan firman Tuhan. 

Saat ini kita hidup di era modernitas. Bagi kita orang Kristen secara sederhana mungkin akan melihat bahwa ibadah itu seperti kebaktian yang biasa kita adakan, seperti kebaktian di hari Minggu, kebaktian dalam persekutuan dan yang lainnya. Kita semua pasti sering atau bahkan rutin mengikuti ibadah-ibadah seperti yang sudah dikatakan tadi. Tapi sering sekali pada kenyataannya sikap hidup kita tidak selaras dengan iman kita. Masih banyak orang yang rajin beribadah, memuji Tuhan, melayani Tuhan di gereja tapi masih melakukan berbagai hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Tidak hidup menurut kasih setia dan pengenalan akan Allah. Olehnya kita diingatkan bapak/ibu, agar kita jangan hanya rajin beribadah, tapi tidak melakukannya di dalam hidup kita sehari-hari. Hal-hal seperti itu tidak disukai oleh Tuhan. Ibadah kita bisa jadi sia-sia dan tidak berguna kalau kita masih melakukan apa yang tidak dikehendaki oleh-Nya. 

Dalam nas ini ditegaskan bahwa yang disukai oleh Tuhan adalah pengenalan akan Allah. Maka kita harus terus belajar agar kita mengenal Allah secara total, mengenal jalan-jalan-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya. Oleh sebab itu tidak ada kata tamat untuk mengenal Allah. Mengenal Allah bukan berarti hanya mempelajari firman Tuhan secara teoritis, tapi juga mempraktikkannya di dalam kehidupan kita. Jika kita tahu bahwa Tuhan menyukai keadilan dan kasih setia, maka hendaklah kita melakukannya di dalam hidup kita sehari-hari. 

Menarik untuk merefleksikan syair lagu Pelengkap Kidung Jemaat nomor 264 bait 1 dikatakan: "Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan, bila tiada rela sujud dan sungkur Apalah arti ibadahmu kepada Tuhan, bila tiada hati tulus dan syukur? Ibadah sejati, jadikanlah persembahan. Ibadah sejati: kasihilah sesamamu! Ibadah sejati yang berkenan bagi Tuhan, jujur dan tulus ibadah murni bagi Tuhan." Kita harus menghidupi ibadah yang sejati bukan hanya sekadar kata, doa atau nyanyian-nyanyian, tapi ibadah juga harus hidup dalam hidup kita sehari-hari. Kita dapat menunjukkannya lewat kasih kepada sesama, mengucap syukur, memiliki hati yang tulus dan yang lainnya yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Dengan demikian kita boleh berkenan di hadapan Tuhan. Semoga kita semua bisa menghidupi ibadah yang sungguh dalam hidup kita sehari-hari. Amin. (tps) 


Selamat menjalani kehidupan. 

Doa: 
Ya Tuhan, pemilik hidup kami, terima kasih atas kasih-Mu yang Kauberikan kepada kami. Engkau senantiasa menyertai dan mengasihi kami walau kami berdosa dan sering sekali berbuat salah di hadapan-Mu. Ampuni kami Tuhan atas kesalahan kami. Ajari kami agar dapat hidup dalam kasih setia dan menghidupi ibadah di dalam hari-hari kami. Agar kami dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Terpuji Engkau selama-lamanya. Amin. 

Ditulis oleh Vic. Pdt. Timothy Saragi 
HKI Immanuel - Magetan, Jawa Timur 

Catatan: 
Semua iklan yang terdapat pada website dan tulisan ini tidak ada hubungannya dengan timothysaragi.com. 

Dapatkan update artikel terbaru dari timothysaragi.com. Mari bergabung di Channel Telegram "timothysaragi.com Artikel Update", caranya klik link https://t.me/timothysaragicomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. 


Posting Komentar

Posting Komentar