wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t
Bookmark

Renungan Harian - 19 Agustus 2023 - Cukup dengan yang Ada - Ibrani 13 ayat 5

Cukup dengan yang Ada 

Ibrani 13:5 

Renungan-Harian-19-Agustus-2023-Cukup-dengan-yang-Ada-Ibrani-13-ayat-5

Bacaan: 
Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." 
- Ibrani 13:5 

Pada Oktober-November 2019 lalu saya mengikuti rangkaian kegiatan Sidang Raya Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) ke-17 di beberapa lokasi di Pulau Sumba. Puncak dari kegiatan tersebut, yakni Sidang Raya diadakan di Waingapu dan berlangsung selama 5 hari. Saya sendiri berperan sebagai Pandu Sidang. Ada banyak Pandu Sidang yang membantu jalannya kegiatan Sidang Raya agar berjalan dengan baik, yaitu Pemuda-pemuda Gereja dari berbagai denominasi. Ada satu hal menarik bagi saya yang sampai saat ini cukup berkesan bagi saya secara pribadi. Dalam beberapa kegiatan besar yang saya ikuti sebelumnya, para tamu dan undangan akan disediakan tempat untuk menginap yang biasanya menggunakan hotel berbintang. Namun dalam kegiatan tersebut para tamu dan undangan selama kegiatan berlangsung menginap di rumah-rumah jemaat bukan di hotel. Baik itu petinggi-petinggi di lembaga PGI maupun utusan-utusan yang berasal dari berbagai Sinode yang bernaung dalam PGI. Hal ini merupakan hal baru dan cukup menarik bagi saya, karena belakangan saya tahu bahwa kebijakan itu telah disepakati beberapa tahun belakangan dalam rangka membangun spirit keugaharian. Dalam perhelatan itulah untuk pertama kalinya saya mendengar istilah itu. 

Saya kemudian mencari-cari arti dari istilah tersebut dan saya buka di aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), dan saya menemukan maknanya yang berarti sedang, pertengahan atau sederhana. Sampai di titik itu saya belum terlalu memahami konsep keugaharian itu. Usai kegiatan tersebut, saya kembali ke kampus untuk mengikuti perkuliahan seperti biasanya. Di kampus dan dalam diskusi-diskusi di organisasi kemahasiswaan yang saya ikuti bersama teman-teman, kami sering mempercakapkan hal ini. Hingga kemudian pemahaman saya akan spirit keugaharian perlahan terbentuk hingga saat ini. 

Di awal-awal mengikuti pendidikan di kampus Teologi yang dengan harapan kelak akan menjadi Pendeta di Gereja, ada semacam semangat yang cukup berkembang kala itu di kalangan mahasiswa. Kami sering melihat beberapa sosok pemimpin di lembaga Gereja maupun kampus, yang dalam hal ini mereka-mereka adalah Pendeta dan Pelayan Gereja, mereka memiliki fasilitas yang cukup mapan, punya mobil, mengajar sebagai dosen, pemimpin gereja (kalau di HKI biasanya disebut Praeses (semacam pemimpin wilayah), Sekretaris Jenderal dan Ephorus (pemimpin tertinggi di HKI). Ada kerinduan bagi kami agar suatu saat kami bisa menjadi pemimpin seperti mereka, motivasinya tidak terlalu baik, umumnya karena melihat kemapanan mereka secara jabatan, fasilitas dan yang lainnya. Walau itu masih tampilan luar saja, karena belum tentu tampilan luar mewakili yang sebenarnya. Saya juga pernah ada di fase ini. Namun pemahaman saya perlahan diperbaiki dan secara bertahap saya berusaha menghidupi spirit keugaharian. Secara sederhana dapat dikatakan spirit keugaharian adalah konsep hidup kesederhanaan yang tidak mengutamakan soal kemewahan, kepemilikan barang-barang mewah dan yang lainnya, tapi kita harus bisa berkata cukup dengan apa yang ada pada kita. Sesederhana ketersediaan pangan, pakaian dan papan yang tidak perlu terlalu mewah tapi cukup. 

Pemahaman ini kemudian mulai merekonstruksi pemahaman saya terhadap kehidupan, ada hal-hal yang lebih penting selain dari kemewahan-kemewahan dalam hidup ini. Satu hal yang juga tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini kita hidup di era modern, di mana kita sangat terbantu dengan teknologi-teknologi mutakhir yang dibuat oleh manusia. Akan tetapi tanpa kita sadari, kemajuan zaman ini juga perlahan membudayakan konsumerisme dalam diri manusia. Ada banyak barang yang diproduksi setiap harinya dan kita lihat setiap waktu. Apalagi dengan pengaruh iklan-iklan saat ini, kita bisa saja tergoda untuk membelinya seolah-olah kita membutuhkannya. Dalam keadaan seperti ini kita harus kembali memikirkan antara apa yang kita butuhkan dengan apa yang kita inginkan. 

Untuk bisa memenuhi semua keinginan dan sifat konsumerisme manusia ini, pasti dibutuhkan uang sebagai alat untuk bertransaksi. Akibatnya orang semakin terobsesi dengan memiliki uang yang banyak agar bisa memiliki apa pun yang dimau, sehingga melakukan segala cara untuk memperolehnya. Ini yang berbahaya, mengakibatkan manusia melakukan berbagai kejahatan demi uang. Itu sebabnya sangat mudah bagi kita saat ini untuk melihat praktik-praktik korupsi, pencurian, penggelapan uang, suap, mark up dan kejahatan lainnya. Tidak peduli apakah perbuatan itu akan menyakiti sesama manusia atau tidak, yang penting bisa dapat uang. Sehingga manusia itu semakin diperbudak atau diperhamba oleh uang. Bukan kita lagi yang mengatur uang, tapi uanglah yang mengatur kita. 

Nas renungan hari ini mendorong kita agar jangan jadi hamba uang dan mencukupkan diri dengan apa yang ada. Mengapa demikian? Apakah artinya kita tidak perlu mencari uang? Alasan satu-satunya adalah bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kita. Itu berarti bahwa Tuhan akan selalu memperhatikan kita dan mencukupkan apa yang kita butuhkan. Sering sekali ketika manusia mencari uang, melakukan cara apa pun untuk mendapatkannya, bahkan mengukur semua dengan uang. Dapat dipastikan sikap yang demikian akan menomorduakan Tuhan dalam hidupnya. Lagi pula jika mengutamakan uang dalam hidup, itu berarti ada pemikiran bahwa uanglah yang menjamin hidupnya, bukan Tuhan. Sementara hidup kita ini ada dan berjalan sampai saat ini, itu semua semata-mata bukan karena uang kita, bukan karena kemampuan kita, tapi karena Tuhan yang menyertai hidup kita. Coba bayangkan jika kita tidak diberi kesempatan oleh Tuhan, maka apa pun yang kita kerjakan pasti akan sia-sia. 

Saya teringat sebuah lagu yang dahulu sering dinyanyikan ketika Sekolah Minggu "Apa yang Dicari Orang?", begini syairnya: "Apa yang dicari orang? Uang. Apa yang dicari orang? Uang. Apa yang dicari orang siang, malam, pagi, petang? Uang, uang, uang. Bukan Tuhan Yesus. Siapa yang dicari Tuhan? Saya. Siapa yang dicari Tuhan? Saya. Siapa yang dicari Tuhan siang, malam, pagi, petang? Saya, saya, saya. Orang yang berdosa." Lagu ini sangat berkesan karena sepanjang hidup manusia selalu mencari uang, bahkan sering sekali sampai lupa pada Tuhan. Padahal bagi Tuhan sendiri, kitalah yang dicari-Nya, orang-orang yang berdosa. Jadi penting bagi kita bapak/ibu merenungkan hal ini dalam hidup kita. Tuhan tidak akan membiarkan kita, tidak akan meninggalkan kita, yang harus kita utamakan dalam hidup ini adalah Tuhan. Pasti Tuhan akan memberikan apa yang kita perlukan. 

Bukan berarti uang itu tidak perlu. Sangat perlu. Tapi yang lebih penting dari uang adalah Tuhan. Bukan berarti pula ketika dikatakan bahwa Tuhan akan memperhatikan kita lantas kita jadi hanya berdoa saja dan hanya meminta kepada Tuhan, bukan. Tapi firman Tuhan ini ingin mengubah motivasi kita agar jangan terobsesi dengan uang. Kita cari Tuhan, kita utamakan Tuhan dalam hidup kita, kita lakukan pekerjaan pelayanan kita masing-masing dengan motivasi untuk melayani dan untuk kemuliaan Tuhan bukan semata-mata demi uang. Yakinlah Tuhan akan mencukupkan segala yang kita butuhkan. Amin. (tps) 


Selamat menjalani kehidupan. 

Doa: 
Ya Tuhan, pemelihara hidup kami, terima kasih atas kasih karunia-Mu yang telah Kauberikan kepada kami. Kami menyadari bahwa hidup kami ini tidak selalu bergantung pada uang, melainkan pada-Mu saja ya Tuhan. Ajari kami agar selalu mengandalkan Tuhan dalam hidup kami, bukan kekuatan kami sendiri. Pakai kami Tuhan agar menjadi berkat bagi banyak orang, termasuk agar kami berhikmat memakai apa yang ada pada kami. Kami percaya bahwa Tuhan tidak akan meninggalkan kami. Terpuji Engkau selama-lamanya. Amin. 

Ditulis oleh Vic. Pdt. Timothy Saragi 
HKI Immanuel - Magetan, Jawa Timur 

Catatan: 
Semua iklan yang terdapat pada website dan tulisan ini tidak ada hubungannya dengan timothysaragi.com. 

Dapatkan update artikel terbaru dari timothysaragi.com. Mari bergabung di Channel Telegram "timothysaragi.com Artikel Update", caranya klik link https://t.me/timothysaragicomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. 


Posting Komentar

Posting Komentar