Tidak Mencari Hormat Bagi Diri Sendiri
- Yohanes 7:18
Semua orang pasti ingin dihormati. Secara sederhana dapat dikatakan, dihormati berarti dihargai. Ada banyak alasan mengapa seseorang dihormati oleh orang lain. Biasanya seseorang akan dihormati karena orang itu dituakan, mampu memberikan teladan dari cara bicara, bersikap maupun menghadapi masalah. Orang juga bisa dihormati karena ia pintar, punya jabatan penting atau karena ia berjasa dalam hidup kita. Beberapa kehormatan yang disebutkan itu lahir dari prestasi atau sejalan dengan apa yang mereka lakukan. Namun ada juga orang yang karena begitu inginnya dihormati dan disegani jadi melakukan berbagai cara, bahkan sampai melakukan cara-cara yang tidak baik dan memaksa orang lain agar menghormatinya. Itulah yang dikatakan mencari hormat bagi diri sendiri. Jadi apapun yang dilakukan semata-mata demi memperoleh atensi dari orang lain agar ia dihormati bukan karena suatu keharusan, melakukan sesuatu karena kebenaran. Sehingga dapat dikatakan ia melakukan berbagai hal agar dihormati oleh orang bukan dihormati oleh orang karena prestasi atau sesuatu yang baik yang ia lakukan.
Hal seperti itulah yang disampaikan oleh Yesus dalam nas renungan kita hari ini. Yesus datang ke dunia ini dengan misi memperdamaikan manusia dengan Allah, memberitakan kabar keselamatan, membuka jalan keselamatan bagi manusia (bdk. Yohanes 3:16), sehingga apapun yang dilakukan oleh Yesus selama di dunia ini semuanya dilandaskan pada misi tersebut. Baik ketika Yesus mengajar, melakukan mujizat, menyembuhkan orang sakit, memberi makan orang-orang, menegor segala yang salah serta mengajar murid-murid-Nya, semuanya itu dilakukan oleh Yesus semata-mata untuk memberitakan kerajaan Allah. Tidak ada motif lain dalam diri Yesus, bukan untuk mencari hormat bagi diri-Nya sendiri.
Dalam nas renungan hari ini dikisahkan bahwa Yesus pergi ke Yerusalem untuk mengikuti perayaan Hari Raya Pondok Daun. Waktu pesta itu sedang berlangsung, Yesus masuk ke bait Allah dan mengajar di sana. Orang-orang Yahudi yang ada di sana heran sebab Yesus mengajar dengan luar biasa, padahal Ia sendiri tidak memiliki latar belakang pendidikan kerabian Yahudi. Banyak orang yang kagum akan pengajaran Yesus itu mengingat Yesus juga bukan berasal dari kaum terpelajar Yahudi dan anak seorang tukang kayu (bdk. Matius 13:54-56). Yesus kemudian menjawab mereka bahwa ajaran yang Ia sampaikan itu bukan berasal dari diri-Nya sendiri, melainkan dari Allah, yang telah mengutus-Nya ke dunia ini (ayat 16).
Yesus berkata bahwa orang yang melakukan kehendak Allah, akan tahu jika ajaran Yesus itu berasal dari Allah atau perkataan-Nya sendiri (ayat 17). Perkataan Yesus ini mengandung makna bahwa orang yang mencintai dan menerima firman Tuhan dalam hidupnya akan melakukannya di dalam hidup sehari-hari. Padahal dalam konteks ini jelas orang-orang yang mendengarkanNya itu bertanya-tanya mengapa Yesus bisa mengajar dengan luar biasa. Mereka heran dari mana ajaran Yesus itu Ia peroleh. Hal ini menunjukkan bahwa orang-orang yang berkata demikian tidak mau melakukan kehendak Allah dalam hidupnya, sebab mereka bertanya-tanya dan seolah meragukan ajaran Yesus itu. Hal ini menyiratkan bahwa firman Tuhan itu harus dicintai dulu, baru bisa dipahami kemudian melakukannya bukan sebaliknya memahami terlebih dahulu baru mencintai dan melakukannya, sebab jika demikian adanya maka kita akan bertanya-tanya dari mana ajaran itu dan berusaha membuat pikiran kita memahaminya dulu baru bisa menerima, seperti yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Mereka bertanya-tanya dari mana gerangan ajaran Yesus itu. Yesus menyampaikan kalau kita memang mau melakukan kehendak Allah, maka kita akan tahu ajaran itu berasal dari Allah atau bukan, jadi tidak mudah disesatkan atau di sisi yang lain akan mengenali ajaran itu dari Allah atau bukan.
Tujuan utama Yesus datang ke dunia ini adalah untuk memberitakan kerajaan Allah. Tidak ada motivasi-motivasi yang lain. Sehingga bagi Yesus tidak ada niatan untuk mencari hormat bagi diri-Nya sendiri, semua yang Ia lakukan adalah demi hormat Dia yang mengutus Yesus, yaitu Allah Bapa. Oleh sebab itulah Yesus berkata jika seperti itu yang dilakukan maka Ia benar dan tidak ada ketidakbenaran dalam diri-Nya. Penting bagi kita untuk merefleksikan misi Allah bagi dunia ini. Karena kasih-Nya kepada dunia ini dan kepada manusia, Ia mengirimkan Anak-Nya yang Tunggal, supaya setiap orang yang percaya tidak binasa (Yohanes 3:16). Sejak awal itulah yang menjadi misi Allah dan Yesus memang benar-benar mengerjakan itu. Sehingga tidak layak sebenarnya ada keragu-raguan akan kebenaran firman Tuhan atau tentang ajaran Yesus, sebab misi Allah itu benar-benar dikerjakan oleh Yesus tidak ada sama sekali mencari hormat bagi diri-Nya sendiri. Jika diperhadapkan dengan kehidupan kita saat ini di tengah banyaknya orang-orang yang meragukan kebenaran Injil bahkan tidak mempercayai Yesus dan ajaran-Nya. Kita diingatkan bahwa Yesus sama sekali tidak memiliki motivasi yang lain selain dari pekerjaan misi Allah di dunia ini.
Dalam hidup kita ini, tentu kita pernah atau bahkan sedang dipercayakan untuk mengerjakan sesuatu oleh orang yang mempercayakan tugas dan tanggung jawab kepada kita, misalnya dari pimpinan di tempat di mana kita bekerja. Tidak jarang mandat yang diberikan itu ketika kita kerjakan dengan baik menghasilkan hasil yang baik pula dan mengharumkan nama pimpinan kita, padahal kita yang mengerjakannya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan hal itu, seperti yang dilakukan oleh Yesus, hendaklah kita mengerjakan misi yang disampaikan kepada kita dengan baik. Tapi memang tidak dapat dipungkiri juga, ada saja orang yang tergoda untuk mengharumkan namanya sendiri mencari hormat bagi dirinya sendiri sehingga motivasinya mengerjakan sesuatu itu adalah untuk dirinya sendiri, tidak lagi dengan motivasi bahwa tugas dan tanggung jawab yang dipercayakan kepadanya harus dikerjakan dengan baik. Tanpa disadari hal-hal seperti itu sering sekali merusak kinerja. Sehingga hasilnya tidak akan maksimal atau bahkan bisa merusak kepercayaan orang lain (pimpinan) terhadap kita. Karena itu hendaklah kiranya kita mengerjakan sesuatu itu bukan karena ingin mencari hormat bagi diri sendiri tapi kita harus mengerjakannya dengan baik karena itulah tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepada kita yang harus kita kerjakan.
Dalam melaksanakan tugas dan pelayanan kita juga dituntut agar rendah hati, jangan diboncengi oleh motivasi-motivasi yang lain. Saya sebagai seorang yang melayani di Gereja dan mungkin ada beberapa di antara kita yang membaca tulisan ini yang juga melayani dalam Gereja, memberitakan firman Tuhan bagi banyak orang. Tidak jarang orang yang melayani itu disegani dan dihormati, baik itu karena sikapnya, teladannya, khotbahnya, nyanyiannya, kualitas dari pelayanan yang tergolong baik dan lain sebagainya. Hal-hal seperti ini cenderung membuat kita jadi tergoda dan larut dalam motivasi untuk mencari hormat bagi diri sendiri. Sehingga kita tidak fokus lagi melayani dalam rangka menyenangkan hati Tuhan. Melalui renungan ini kita diingatkan bahwa motivasi kita yang paling utama dalam melayani adalah hormat bagi Allah, bukan hormat bagi diri sendiri. Semoga kita dikuatkan untuk tetap melayani-Nya, meski bagi kita tidak ada kemuliaan apapun, tapi biarlah lewat pelayanan kita, nama Tuhan semakin dimuliakan. Amin. (tps)
Posting Komentar