wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t
Bookmark

Epistel Minggu 24 September 2023 - Pilippi 1 ayat 21-30

Epistel-Minggu-24-September-2023-Pilippi-1-ayat-21-30-Dipauli-Debata-do-Ngolu-ni-BangsoNa

Surat Filipi bersama dengan surat Efesus, Kolose, dan Filemon disebut sebagai kelompok surat penjara, karena dituliskan saat rasul Paulus berada dalam penjara. Dari kesaksian kitab Kisah Para Rasul kita dapat mengetahui bahwa ada beberapa kali rasul itu dipenjara; di Efesus (Kis 19:1-21), di Kaisarea (Kis 24: 24-26:32) dan tahanan rumah di Roma (Kis 28:11-30). Kemungkinan rasul Paulus menulis surat Filipi dari salah satu kota tersebut. 

Selain memberitahukan tentang penderitaan yang dialaminya, surat kepada jemaat Filipi ini dimaksudkan untuk mengingatkan jemaat Filipi agar tetap setia kepada Injil Kristus. Jemaat Filipi dan setiap orang memang berpeluang sama seperti Paulus dalam persoalan yang sama (Fil 1:30; 2:17-18), tetapi mereka tidak boleh takut terhadap penderitaan yang disebabkan oleh pemberitaan Injil. Rasul Paulus menguatkan jemaat Filipi dengan mengatakan; “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku” (Fil 4:13). Dilain pihak, lewat suratnya, rasul Paulus juga ingin mengucapkan terimakasih kepada jemaat Filipi karena telah menolongnya dengan berbagai pemberian dan doa (Fil 1:5; 4:10-19). Dan tidak lupa juga ia memberikan suatu kepastian tentang Injil Kristus saat menyinggung soal hukum taurat (Fil 3:2-11). Sebab telah timbul satu perdebatan ditengah jemaat itu, masihkah para pengikut Kristus harus tunduk kepada taurat atau tidak. Dengan tegas rasul Paulus mengatakan bahwa kepercayaan kepada hal-hal yang lahiriah adalah satu kerugian besar dibanding Kristus. Kebenaran karena iman, itulah yang menyelamatkan (Fil 3:4b-11). 

Terkesan sangat akrab, demikian hubungan rasul dengan jemaat Filipi sangat dekat sekali. Ini ditandai dengan surat kepada jemaat Filipi ini bersifat pribadi. Paulus sejak dulu memang mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan jemaat Kristen Filipi. Selain jemaat itu adalah jemaat pertama yang didirikan di bumi Eropah, jemaat itu dipuji karena telah menjaga tetap utuh dan tidak terpecah oleh karena pandangan-pandangan yang merusak tentang iman dan perilaku Kristen (Fil 1:3-11). Hanya ada satu hal yang memusingkan Paulus dalam jemaat Filipi. Beberapa orang Kristen sedang bertikai satu sama lain. Paulus menyebut dua wanita yang rewel, Euodia dan Sintikhe (Fil 4:2-3). 



HATORANGAN 

Rasul Paulus tidak ingin penderitaannya selama di dalam penjara menjadi kekuatiran yang mendalam bagi jemaat Filipi. Ia menjelaskan melalui suratnya bahwa apa yang dia alami malah telah berdampak positip bagi pemberitaan Injil. Bahkan ia juga dengan jelas menyatakan dalam suratnya tentang ambisinya yang utama dalam hidupnya hanyalah untuk selalu membawa kemuliaan bagi Yesus. Saat meringkuk dalam penjara (Fil 1:12), bahkan kematian fisik hanya untuk memperdalam pengalaman hidup di dalam Kristus (Fil 1:21). Bagi Paulus Kristus adalah pusat eksistensinya. Di dalam Dia terletak maksud dan tujuan hidupnya. Itu sebabnya ia mengatakan; “Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan.” Paulus lebih menyukai maut ketimbang penjara, namun sebaliknya ia kemudian melihat alasan yang lebih baik mengapa Allah membiarkan dia hidup sejenak lebih lama, yakni: “supaya kamu makin maju dan bersukacita dalam iman (Fil 1:25). Menderita demi Injil bukanlah tanda kekalahan, melainkan tanda kemenangan. Atas dasar ini Paulus berharap agar jemaat Filipi tidak begitu mengkhawatirkan penderitaan yang dialaminya dalam pemberitaan Injil Kristus atau merasa gentar terhadap penganiayaan yang menimpa atas diri mereka sendiri (Fil 1:27-30). Seorang percaya yang mengaku hidup adalah Kristus, berarti mengaku juga bahwa mati adalah keuntungan. Keuntungan yang berarti “kesempatan” untuk memuliakan Kristus oleh  penderitaan bahkan kematian sekalipun. 

Paradok antara hidup di dunia dan kematian dalam Fil 1:23 itu bagi Paulus sebenarnya hanya untuk memberi arti pada hidup seorang hamba Kristus selama di dunia ini untuk memberitakan dan memuliakan Kristus (Fil 1:20). Itu sebabnya dia berpandangan bahwa hidup di dunia ini berarti bekerja memberi atau menghasilkan buah. Maksudnya adalah buah yang dihasilkan oleh pekerjaan menuai. Itu berarti bukan Paulus, tetapi Kristuslah yang telah pertama sekali menabur dan menanam. Dan sekarang ia akan menghasilkan atau mengumpulkan buah dari apa yang ditaburkan Yesus Kristus yaitu; buah penobatan orang-orang berdosa, buah iman, buah puji-pujian, dll. 

Atas dasar argumentasi teologis inilah rasul Paulus menasehati jemaat Filipi supaya mereka bertekun atau tetap berjuang di dalam iman (Fil 1:27-30). 

Dalam Fil 1:27 Paulus mengatakan;”Hanya, hendaklah hidupmu berpadanan dengan Injil Kristus..” ini adalah suatu peringatan atau tuntutan yang harus dilaksanakan. Kata “hidup berpadanan dengan Injil Kristus” disini diterjemahkan dari kata politeuesthai. Kata ini sebenarnya berarti hidup atau berlaku sebagai suatu warga negara atau kerajaan. Lewat kata ini Paulus mau mengingatkan anggota jemaat kepada status mereka sebagai warga dari kerajaan sorga (Fil 3:20). Bersama-sama mereka merupakan suatu polis (kota, negara atau kerajaan) dan tiap-tiap anggota jemaat adalah warga dari polis itu. Dan oleh sebab itu jemaat Filipi diminta supaya mereka benar-benar hidup berpadanan atau sesuai dengan status mereka sebagai warga kerajaan sorga; bersatu, tolong-menolong, saling menghormarti, bersama-sama berjuang melawan raja kegelapan di dalam dunia. 

Perintah hidup berpadanan dengan Injil berarti hidup berpadanan dengan Kristus. Maksud Paulus adalah mengingatkan jemaat Filipi, bahwa mereka juga sedang berada dalam perjuangan iman yang menuntut kesatuan di dalam Roh Kristus; sehati sejiwa berjuang untuk iman yang timbul dari berita Injil. Tanpa persatuan jemaat tidak mungkin mereka dapat teguh berdiri dan berjuang dengan baik. Terispirasi dari prajurit-prajurit dalam medan pertempuran, rasul Paulus mengingatkan mereka agar senantiasa teguh (steko), sehati sejiwa berjuang (synathleo) dan tidak gentar (ptyreomai). Faktanya mereka sedang berhadapan dengan lawan (antikeimenoi) yang adalah penentang jemaat dan penentang Injil Kristus. Hal ini tidak perlu disikapi dengan gentar. Justeru kesatuan jemaat akan menjadi tanda atau petunjuk keselamatan mereka satu pihak dan kehancuran dipihak lawannya. Bagaimana itu terjadi? Sebab Tuhan Allah mengaruniakan kepada jemaat-Nya bukan saja untuk percaya, melainkan juga untuk menderita bagi Dia (Fil 1:29). 



HAHONAAN 

Mengesankan sekali saat rasul Paulus dalam Fil 1:21 mengaitkan hidup (zen) dengan kata politeuesthai (hidup sebagai warga negara). Kata politeuesthai pertama mengindikasikan jemaat Kristen sebagai warga negara di dunia, lalu kemudian diberi arti yang baru sebagai warga kerajaan sorga. Ini mau menyatakan bahwa orang percaya adalah memiliki dua kewargaan dan memiliki kewajiban di keduanya. Dalam kaitannya dengan kata zen (hidup), orang percaya sebagai warga negara harus menyadari bahwa hidupnya di dunia ini adalah demi dan bagi kemuliaan Kristus sesuai tuntutan Injil. Dari perspektif ini maka konsekwensi dari pemberitaan Injil berupa penderitaan tidak akan dilihat lagi sebagai penderitaan, melainkan sebagai sukacita, kehormatan dan keuntungan. Penderitaan adalah kesempatan memberi manfaat bagi petumbuhan iman jemaat Tuhan. Penderitaan adalah tanda keselamatan. (rss) 


Ditulis oleh Pdt. S. Simamora, S.Th 

Disunting oleh Vic. Pdt. Timothy Saragi 
HKI Immanuel – Magetan, Jawa Timur 

Catatan: 
Semua iklan yang terdapat pada website dan tulisan ini tidak ada hubungannya dengan timothysaragi.com. 

Dapatkan update artikel terbaru dari timothysaragi.com. Mari bergabung di Channel Telegram "timothysaragi.com Artikel Update", caranya klik link https://t.me/timothysaragicomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. 


Posting Komentar

Posting Komentar