Khotbah Minggu 19 November 2023 Minggu 24 Setelah Trinitatis tertulis dalam kitab Matius 21 ayat 23-32 yang mengisahkan tentang bagaimana para imam dan para ahli Taurat menanyakan dari manakah kuasa Yesus berasal. Mereka meragukan, dari manakah Yesus bisa melakukan hal seperti itu dan mereka tidak percaya. Yesus kemudian memberikan menegaskan kepada mereka bahwa kuasa Yesus itu bukan berasal dari diri-Nya, melainkan dari Allah. Yesus mengajarkan hal itu kepada mereka dengan perumpamaan. Perumpamaan itu mengajarkan kepada mereka agar percaya kepada Yesus dengan sungguh-sungguh. Hal itulah yang akan kita pelajari dalam penjelasan Khotbah berikut ini. Dan yang menjadi tema Khotbah kita hari ini adalah "Perintah Allah, ya dan Lakukan." Mari kita bahas bersama-sama.
Pendahuluan
Kisah ini berawal dari peristiwa ketika Yesus dielu-elukan di Yerusalem. Orang banyak mengelu-elukan Yesus dengan menghamparkan pakaiannya ke jalan dan ada pula yang memotong ranting-ranting pohon dan menyebarkannya di jalan. Mereka juga berseru-seru: "Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan, Hosana di tempat yang maha tinggi" (ayat 8-9).
Melihat peristiwa itu, tentu saja membuat orang-orang bertanya-tanya, siapakah gerangan Yesus ini? Mengapa Ia begitu dielu-elukan? Proses mengelu-elukan biasanya dilakukan untuk menyambut orang yang dihormati, seperti raja dan orang penting lainnya, juga dilakukan untuk menyambut para pahlawan yang baru saja pulang memenangkan pertempuran. Akan tetapi dalam hal ini Yesus, siapakah Dia sehingga dielu-elukan? Yesus itu orang biasa, bukan pejabat dalam pemerintahan dan bukan pahlawan perang seperti pandangan dunia.
Ketika orang bertanya-tanya tentang siapakah Yesus itu, orang banyak itu menyahut: "Inilah nabi Yesus dari Nazaret. Mereka menganggap Yesus itu sebagai nabi, sehingga mereka mengelu-elukan-Nya."
Selanjutnya, Yesus menyucikan Bait Allah, Ia mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Pada saat itu juga, Yesus didatangi oleh orang-orang buta dan orang-orang yang timpang, lalu Yesus menyembuhkan mereka. Sehingga orang-orang itu semakin berseru-seru: "Hosana bagi Anak Daud." Hal ini mengakibatkan kejengkelan bagi para imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Tidak jelas disebutkan mengapa mereka jengkel, namun bisa saja mereka jengkel karena mereka cemburu kepada Yesus dan merasa, kenapa justru Yesus yang bisa melakukan mujizat, sementara mereka hanya menyaksikan saja.
Sesudah itu Yesus bertolak dari bait Allah menuju luar kota ke Betania dan bermalam di sana. Di ayat 23 Yesus masuk lagi ke bait Allah dan mengajar di sana. Sudah menjadi kebiasaan bagi orang Yahudi, bahwa siapa pun yang masuk ke bait Allah dan memahami Taurat, bisa berbagi dan mengajar tentang firman Tuhan (dalam masa itu masih kitab-kitab Perjanjian Lama). Hal seperti itu pun bisa dilakukan oleh para ahli-ahli Taurat dan para imam-imam. Namun Yesus ini berbeda, Ia tidak hanya mengajar, tapi juga melakukan berbagai mujizat-mujizat yang pada waktu itu sangat jarang sekali terjadi. Hal ini tentu membuat para ahli Taurat dan para imam bertanya-tanya.
Pembahasan
Kuasa dari Allah (ayat 23-27)
Para imam dan para ahli Taurat sudah melihat sendiri keajaiban-keajaiban yang dilakukan oleh Yesus. Yesus menyembuhkan orang yang sakit, membuat orang yang lumpuh berjalan dan yang lainnya. Apa yang dilakukan oleh Yesus belum pernah terjadi sebelumnya dan Yesus sama sekali tidak mengabaikan Taurat, Ia tetap datang ke bait Allah dan menguasai Taurat. Sehingga sangat jelas sesungguhnya, bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus itu bukanlah kuasa yang lain, tapi dari Allah. Yesus juga melakukan itu tidak didasarkan oleh motivasi untuk mencari hormat, bukan mencari keuntungan bagi diri-Nya sendiri, tapi untuk kebaikan orang lain, untuk menyatakan kerajaan Allah itu dekat dengan manusia.
Tapi para imam dan tua-tua Yahudi tidak bisa melihat hal itu dan menyelidiki dari manakah gerangan kuasa yang dimiliki oleh Yesus. Mengapa Yesus bisa melakukan itu semua? Mereka bertanya-tanya mengapa bisa seperti itu.
Namun Yesus tahu bahwa pertanyaan mereka itu adalah jebakan. Mereka hanya ingin menyudutkan Yesus. Tapi Yesus punya cara yang unik untuk menjawab pertanyaan mereka itu. Bukan karena Yesus tidak bisa menjawabnya secara langsung, tapi Ia ingin agar mereka mau membuka iman mereka. Yesus menanyakan kepada mereka dari manakah baptisan Yohanes? Dari sorga atau dari bumi? Yesus langsung mengarahkan jawaban mereka agar memilih apakah dari manusia atau dari sorga. Mereka sendiri sebenarnya sudah tahu jawabannya, tapi mereka berpikir dua kali untuk menjawabnya, sebab mereka hanya fokus kepada harga diri mereka. Mereka tidak mau malu sendiri dengan menjawab dari manusia atau dari sorga. Sebab jika mereka menjawab dari manusia, maka mereka takut kepada orang banyak, sebab orang banyak telah menganggap Yohanes sebagai nabi. Dan kalau mereka menjawab dari sorga, maka pastilah Yesus akan menjawab, mengapa kamu tidak percaya? "Mengapa tidak percaya padahal kalian kan orang beriman." Bisa saja jawaban seperti itu akan dilontarkan oleh Yesus kepada mereka.
Karena itu mereka lebih memilih untuk membohongi hati nurani mereka sendiri dengan menjawab, kami tidak tahu. Mereka tidak punya pendirian terhadap imannya, mereka hanya peduli terhadap harga diri mereka sebagai imam atau sebagai tua-tua.
Kemudian Yesus merespon mereka bahwa Yesus pun tidak mau memberitahukan dari mana kuasa yang Ia peroleh. Sebab mereka sudah tahu jawaban yang sebenarnya tapi tidak mau mengatakannya. Sehingga Yesus pun merasa bahwa Ia tidak perlu memberitahu kepada mereka.
Percayalah kepada Tuhan (ayat 28-32)
Yesus kemudian memperhadapkan mereka dengan sebuah perumpamaan. Perumpamaan tentang dua orang anak. Ada seorang ayah yang punya dua orang anak, anak sulung dan anak bungsu. Ia pergi kepada anak sulung dan berkata: "Pergilah dan bekerjalah hari ini di kebun anggur." Anak itu mengiakan permintaan bapanya, tapi ia tidak pergi. Lalu bapanya pergi ke anak yang kedua dan meminta agar melakukan hal yang sama seperti yang ia pesankan kepada anaknya yang sulung. Tapi anak itu tidak mau. Namun ia kemudian menyesalinya dan pergi juga melakukan perintah ayahnya.
Yesus menanyakan kepada mereka, yang manakah dari antara kedua anak itu yang melakukan kehendak ayahnya? Mereka menjawab, anak yang terakhir. Kemudian Yesus merespons mereka dengan berkata bahwa pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului mereka masuk ke dalam Kerajaan Allah.
Yesus menujukan perumpamaan ini kepada mereka, mereka diibaratkan seperti anak yang diminta oleh ayahnya pergi ke ladang anggur untuk bekerja. Sejak dahulu Allah telah melakukan berbagai cara untuk menyampaikan firman Tuhan dan pertobatan kepada para umat-Nya. Allah ingin agar setiap orang yang percaya itu mau melakukan kehendak Allah, tidak hanya sekadar memahami dan mengerti. Jangan seperti anak yang mengiakan permintaan ayahnya, namun tidak melakukannya. Bahkan sampai kepada zaman Yesus. Sebelum Yesus datang, sudah terlebih dahulu lahir Yohanes Pembaptis dan ia membaptis orang-orang lain agar mereka bertobat dan percaya kepada Allah. Banyak orang yang memberi diri mereka dibaptis, dari berbagai golongan. Yohanes dianggap sebagai pembuka jalan awal bagi pelayanan Yesus. Banyak juga orang yang percaya kepada Allah, melalui karya yang dilakukan oleh Yohanes. Apa yang dilakukan oleh Yohanes itu bukanlah untuk dirinya sendiri, tapi dia melakukan kehendak Allah. Sampai kemudian kepada kedatangan Yesus dan mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus yang secara luar biasa menunjukkan kuasa yang di luar batas kemampuan manusia. Itu semua menunjukkan kuasa Allah yang luar biasa bekerja dalam hidup manusia. Meski demikian masih saja orang-orang tidak percaya kepada Yesus. Tidak menerima Yesus dan firman Allah yang walaupun sudah mereka saksikan sendiri dengan mata mereka tentang mujizat-mujizat yang dilakukan-Nya. Ketidakpercayaan itu justru datang dari orang yang mengaku mengenal firman Allah, mengenal Taurat, bukan dari orang yang berdosa dan melakukan kejahatan. Padahal firman Tuhan itu sudah hadir di tengah-tengah kehidupan mereka.
Berbeda dengan para ahli Taurat, ketika firman Tuhan sampai kepada orang-orang berdosa yang dalam perumpamaan Yesus, Ia mengibaratkan para pemungut cukai dan perempuan sundal, ketika firman Tuhan sampai kepada mereka, mereka justru menyesal dan bertobat dan mengakui dosa mereka serta menerima firman Tuhan dalam hidup mereka. Pemungut cukai dan perempuan sundal tidak dipandang baik oleh masyarakat karena pekerjaan mereka dianggap hina. Tapi justru dengan orang-orang seperti itulah Yesus memperbandingkan para ahli Taurat dan tua-tua Yahudi. Meski dianggap hina, namun mereka mau menerima Yesus dalam hidup mereka.
Itulah sebabnya Yesus berkata bahwa orang-orang yang seperti itu akan mendahului mereka masuk ke dalam kerajaan sorga. Sesuatu yang sangat membingungkan sebenarnya, bagaimana mungkin bisa demikian. Tapi ini menjadi pengingat bahwa bukan kepada yang mendengar dan mengetahui firman Tuhan itu diberikan kerajaan sorga, tapi kepada siapa yang menerima firman itu dan menghidupinya. Hal ini menjadi pengingat juga bagi kita bahwa firman Tuhan itu terbuka bagi siapa saja, asal ia mau bertobat dan menerima Tuhan dalam hidupnya.
Kesimpulan dan Refleksi
Kita patut bersyukur kepada Tuhan bahwa saat ini kita sudah bisa dengan mudah untuk mendengarkan firman Tuhan. Telah tersedia Alkitab, dan sudah bisa juga kita akses lewat smartphone kita masing-masing. Kita juga mendengarkan firman Tuhan lewat ibadah setiap Minggunya dan dalam ibadah persekutuan keluarga serta ibadah yang lainnya. Tidak hanya itu saja, tapi harus kita sadari juga bahwa Allah itu bekerja di dalam hidup manusia. Namun harus kita akui masih saja banyak orang yang tidak percaya. Firman Tuhan hari ini mengingatkan kita agar kita mau menerima dan menghidupi firman Tuhan dalam diri kita. Kita diingatkan:
1. Percayalah kepada Tuhan. Percayalah kepada Tuhan dengan sungguh dalam hidup kita. Jangan seperti anak yang berkata ia kepada bapanya, tapi tidak melakukan perintah bapanya. Tapi kita harus percaya dan melakukannya dalam hidup kita. Apalagi kita orang-orang Kristen. Kita harus menjadi pelaku firman Tuhan dalam hidup kita. Jangan hanya mengaku sebagai orang yang percaya namun iman tidak bekerja dalam hidupnya.
Tidak terlalu sulit bagi kita untuk percaya. Banyak orang yang hanya berfokus kepada logika berpikir manusia dalam hidupnya. Bagaimana mungkin bisa seperti ini dan seperti itu? Bagaimana mungkin Tuhan bekerja dalam hidup manusia? Sementara yang kurasakan hanyalah kesengsaraan dan penderitaan. Bisa saja orang-orang berpikir seperti itu, hanya fokus pada apa yang dilihat mata manusia, tidak memberikan kepercayaannya secara sungguh-sungguh kepada Tuhan. Percayalah Tuhan mampu melakukan segala sesuatu di luar logika nalar manusia.
2. Tuhan akan bekerja dalam hidup orang-orang yang percaya kepada-Nya. Sama seperti mujizat-mujizat yang dilakukan oleh Yesus kepada orang lain, yang diberi kesembuhan, percayalah bahwa Tuhan juga mampu melakukannya dalam hidup kita. Tidak ada sesuatu apa pun yang mustahil bagi Tuhan.
3. Keselamatan tersedia bagi siapa pun. Asalkan kita mau membarui diri, mengaku dosa dan menerima firman Tuhan dengan sunguh-sungguh dalam hidup kita.
4. Kerajaan sorga terbuka kepada orang-orang yang percaya. Dari penjelasan khotbah di atas kita belajar bahwa bukan kepada orang yang tahu hukum Taurat yang diberikan keselamatan, tetapi kepada orang yang percaya. Saat ini banyak orang yang rajin beribadah, melayani Tuhan di gereja atau lembaga lainnya tapi tidak sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan. Kita diingatkan agar jangan hanya tau tentang firman Tuhan, tapi harus percaya dengan sungguh-sungguh.
Semoga kita bisa menghidupi firman Tuhan dan melakukannya dalam hidup kita sehari-hari. Amin. (tps)
Posting Komentar