Untuk menebus dosa manusia, Yesus rela mati di kayu salib. Kematian Yesus di kayu salib telah membawa dampak yang luar biasa bagi kehidupan manusia. Kematian-Nya telah menebus dosa manusia dan kebangkitan-Nya menjadi kabar sukacita bagi seluruh dunia karena Yesus telah mengalahkan dosa dan maut melalui kebangkitannya. Hal inilah yang membuat para Rasul terdahulu memiliki semangat yang luar biasa untuk memberitakan Injil termasuk Rasul Paulus beserta rekannya. Tanpa lelah, mereka pergi ke segala penjuru untuk memberitakan keselamatan bagi seluruh bangsa.
Pelayanan para Rasul sampai kepada Korintus dan menghasilkan sekumpulan jemaat yang percaya kepada Kristus. Jemaat Korintus menerima Yesus Kristus dalam hidup mereka. Sebagai jemaat yang tergolong masih baru, jemaat Korintus tentu diperhadapkan dengan berbagai tantangan khususnya dalam memantapkan iman mereka. Paulus mengirimkan surat kepada jemaat di Korintus agar mereka tetap teguh beriman kepada Yesus, kendati mereka diperhadapkan dengan berbagai-bagai persoalan dan ajaran-ajaran yang menentang kekristenan. Khusus dalam pasal 5 ayat 11-21, Paulus menekankan bahwa pelayanan mereka adalah pelayanan untuk pendamaian.
Kematian Yesus di kayu salib membawa pendamaian antara Allah dengan manusia. Yesus mati untuk menebus dosa manusia. Kristus mendamaikan Allah dengan manusia yang sebelumnya hidup di dalam dosa. Oleh sebab itu siapa yang hidup di dalam Tuhan, dialah ciptaan baru, yang lama sudah berlalu. Karena itu orang yang sudah menerima Kristus di dalam hidupnya tidak hidup di dalam dosa lagi. Allah sendiri yang mendamaikan diri-Nya dengan manusia, mempercayakan pelayanan pendamaian kepada para Rasul.
Pelayanan itu dipercayakan kepada para Rasul agar mereka memberitakan dan mengabarkan karya penyelamatan Allah, mengabarkan kedamaian yang telah dilakukan oleh Allah kepada manusia. Jadi para Rasul itu adalah utusan Kristus, yang menyampaikan pesan pendamaian Allah. Para rasul bersungguh-sungguh melakukan tugas panggilannya dan meminta dengan sungguh-sungguh kepada setiap orang agar memberi dirinya diperdamaikan dengan Allah.
Renungan ini mengingatkan kita betapa besarnya kasih dan pengorbanan Tuhan bagi manusia. Yesus rela mengorbankan diri di kayu salib demi memperdamaikan Allah dengan manusia. Pengorbanan Yesus itu membawa dampak yang luar biasa, membuka ruang bagi manusia untuk berdamai dengan Allah. Dengan perdamaian yang dilakukan oleh Allah, manusia bukan lagi ciptaan lama, tetapi ciptaan baru, yang lama itu sudah berlalu. Pendamaian yang dilakukan oleh Allah itu memberi dorongan kepada setiap orang percaya agar turut terlibat dalam memberitakan Injil, memberitakan pendamaian yang dari Tuhan.
Kita juga diingatkan agar mau menghargai para pelayan, pemberita firman Tuhan (dalam nas ini dikatakan para pekerja pelayanan damai), karena mereka datang untuk membawa kabar sukacita dan pendamain bagi setiap orang. Kita juga harus mau memberi diri didamaikan dengan Allah. Didamaikan dengan Allah berarti, kita tidak hidup lagi di dalam dosa, tapi kita hidup sesuai dengan keselamatan yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Maka kita harus hidup sesuai dengan ciptaan baru, tidak lagi hidup di dalam dosa. Demikianlah kita hidup dan memberi diri untuk diperdamaikan dengan Allah. Kiranya renungan ini menginspirasi kita semua agar mau memberi diri didamaikan dengan Allah dalam hidup kita. Tuhan menyertai kita sekalian. Amin. (tps)
Posting Komentar