Di dalam kehidupan sehari-hari, pasti semua orang akan menghadapi berbagai tantangan. Kita pasti pernah merasakan sukacita, tapi dukacita juga turut menjadi bagian dari hidup kita. Tidak ada yang bisa menjamin hidupnya akan selalu baik-baik saja. Suka dan duka dalam hidup juga tidak pandang bulu, apakah seseorang itu kaya, miskin, orang dengan jabatan tinggi, masyarakat biasa dan yang lainnya. Yang pasti situasi itu tidak bisa kita atur sesuai dengan keinginan kita.
Begitu pula dengan pemazmur dalam nas renungan kita hari ini. Pemazmur dalam perikop ini adalah seorang yang takut akan Tuhan dan hidup menurut Taurat Tuhan (lihat ayat 1-8). Pemazmur berkomitmen untuk berpegang pada ketetapan-ketetapan Tuhan. Meski demikian, apa yang menjadi komitmen pemazmur untuk berpegang pada Taurat Tuhan bukan berarti pencobaan dan kesusahan tidak datang kepada dirinya. Pemazmur masih harus menghadapi persoalan-persoalan dan tantangan dalam kehidupan. Itu yang dikatakan oleh pemazmur dalam hal ini sebagai perkara. Walaupun ia dekat dengan Tuhan dan hidup sesuai dengan Taurat Tuhan, ia masih menghadapi perkara-perkara dalam hidupnya. Tidak jelas disebutkan dalam hal ini perkara yang dimaksud, akan tetapi kita dapat berpikir bahwa perkara itu adalah sesuatu hal yang tidak terlalu diinginkan terjadi dalam hidupnya, sehingga ia meminta kepada Tuhan agar ia ditebus, dilepaskan dari perkara itu.
Rancangan Tuhan dalam hidup manusia adalah rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan (lihat Yeremia 29:11). Tuhan ingin kehidupan umat-Nya baik adanya, itulah janji Tuhan bagi setiap orang yang hidup menurut Taurat-Nya. Janji inilah yang diyakini oleh pemazmur yang bisa diberikan oleh Tuhan kepadanya. Itulah mengapa pemazmur berkata "hidupkanlah aku sesuai dengan janji-Mu". Pemazmur berkata demikian bukan karena dia mati. Perkataan hidupkan dalam hal ini bukan hanya sekadar lawan kata dari kata mati, namun pemazmur memohon kepada Tuhan agar sekiranya Tuhan membuat hidupnya itu baik dan sukacita sesuai dengan janji Tuhan kepada setiap umat-Nya. Dalam keadaan sengsara sekalipun, pemazmur tetap berserah kepada Tuhan dan meminta agar Tuhan yang memperjuangkan perkara-Nya.
Belajar dari pemazmur dalam nas renungan kita hari ini, tentu saja kita diperhadapkan dengan berbagai persoalan dalam hidup kita. Ada banyak pengumulan yang kita hadapi, sekalipun kita berusaha untuk selalu taat kepada Tuhan. Itu semua terjadi karena dosa dan iblis yang selalu berusaha untuk mengganggu kehidupan dan iman kepercayaan kita terhadap Tuhan. Dalam keadaan bergumul, hendaklah kita meneladani pemazmur yang menyerahkan apa yang menjadi perkara baginya kepada Tuhan, ia meminta agar Tuhan yang menolongnya agar lepas dari perkaranya. Ia tidak mengandalkan kekuatannya sendiri. Hendaklah dalam hidup kita juga demikian. Percayalah bahwa Tuhan akan melepaskan kita dan menghidupkan kita sesuai dengan janji-Nya. Asalkan kita setia kepada Tuhan dan berserah hanya kepada-Nya. Tuhan menyertai kita sekalian. Amin. (tps)
Posting Komentar