Nas renungan kita hari ini mengisahkan bagaimana Elia disertai oleh Tuhan. Elia adalah seorang nabi yang menyampaikan firman Tuhan ke tengah-tengah kehidupan umat Allah, Israel. Ketika itu Israel telah meninggalkan perintah-perintah Tuhan (lihat 1 Raja-raja 18:18) dan menyembah Baal (lihat 1 Raja-raja 18:21). Akibatnya, Tuhan menghukum Israel dengan tidak mendatangkan hujan selama beberapa tahun (lihat 1 Raja-raja 17:1). Sehingga Israel jadi kekeringan dan sangat sulit mendapatkan air untuk hidup.
Selanjutnya Elia bertemu dengan Ahab untuk memberikan ganjaran atas ketidaksetiaannya terhadap Tuhan. Sesuai dengan firman Tuhan, Elia meminta agar mengumpulkan nabi-nabi dan rakyat ke gunung Karmel. Di sana Elia menunjukkan kuasa Tuhan yang begitu besar. Ia meminta agar dari pihak Baal dibuat seekor lembu yang dipotong-potong dan menaruhnya di atas kayu api dan tidak diperbolehkan untuk menaruh api. Elia juga akan melakukan hal yang sama. Kemudian Elia meminta agar dari pihak Baal meminta allah mereka menjawab dengan api di atas korban bakaran yang sudah disediakan. Elia juga melakukan hal yang sama, ia meminta kepada Tuhan agar menjawab dengan api di atas korban bakaran. Maka allah yang menjawab dengan api, dialah Allah (lihat 1 Raja-raja 18:20-24).
Sepanjang hari mereka memanggil Baal, namun tidak ada suara dan tidak ada yang menjawab. Lalu Elia meminta kepada mereka agar membasahi mezbah yang sudah disusun dengan kayu api dan korban bakaran. Elia meminta mereka agar membasahi mezbah itu dengan empat buyung air yang penuh sampai tiga kali. Setelah mereka berbuat demikian maka Elia memanggil nama Tuhan agar semua orang mengetahui bahwa Tuhanlah Allah di tengah-tengah Israel. Maka turunlah api menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah di mezbah itu, bahkan air yang di dalam parit itu habis dijilat. Maka rakyat yang melihat kejadian itu menjadi takjub dan berkata, Tuhan, Dialah Allah (lihat 1 Raja-raja 18:25-39).
Kemudian Elia meminta agar mereka (rakyat) menangkapi nabi-nabi Baal itu dan tidak boleh ada yang luput seorang pun. Lalu mereka dibunuh di sungai Kison. Ada sebanyak empat ratus lima puluh orang nabi-nabi Baal itu (lihat 1 Raja-raja 18:40).
Setelah peristiwa itu, Ahab memberitahukan kepada Izebel perihal nabi-nabi yang dibunuh itu. Mendengar itu Izebel bersumpah akan membunuh Elia. Sehingga Elia harus menyelamatkan diri dan meninggalkan tempat itu. Ia berjalan di padang gurun menuju gunung Horeb. Di padang gurun ia sudah merasakan kepahitan karena ia sendiri, tidak ada bekal untuk makan dan minum. Dalam situasi terpuruk ia berbaring dan tidur. Tetapi malaikat Tuhan menyentuhnya dan menyuruhnya untuk makan. Ketika ia bangun, ia mendapati roti bakar dan sebuah kendi berisi air. Lalu ia makan dan kembali berbaring (lihat 1 Raja-raja 19:1-6).
Akan tetapi malaikat Tuhan kembali menyentuhnya dan memintanya untuk bangun dan makan kembali. Malaikat Tuhan berpesan kepada-Nya bahwa perjalanannya masih jauh. Ia pun bangun dan makan lalu berjalan lagi menuju gunung Horeb (lihat 1 Raja-raja 19:7).
Allah memelihara kehidupan Elia sampai beberapa kali. Ketika Elia berada di tepi sungai Kerit, Allah memberikan air di sungai itu untuk ia minum dan mengutus burung gagak pada waktu pagi dan petang membawa roti dan daging kepadanya untuk ia makan (lihat 1 Raja-raja 17:1-6). Allah juga menyertai perjalanan Elia dan memberinya makan dengan perantaraan janda di Sarfat (lihat 1 Raja-raja 17:7-24).
Dari nas renungan hari ini kita belajar bahwa Tuhan akan selalu menyertai dan memelihara hamba-Nya. Elia sebagai abdi Allah melakukan apa yang Tuhan firmankan, sekalipun nyawa yang menjadi taruhannya. Sebenarnya bisa saja dia abai dan menyelamatkan diri sendiri, apalagi ketika itu, tinggal dia seorang nabi Allah, sebab yang lainnya sudah dibunuh. Tapi dia tetap melakukan firman Tuhan, sehingga Tuhan pun memeliharanya. Elia menyadari panggilan Tuhan dalam hidup-Nya dan Ia melakukan panggilan itu.
Allah sanggup melakukan apapun sesuai dengan kehendak-Nya, bahkan sesuatu yang mustahil bagi manusia. Mungkin saat ini kita sedang merasakan kesendirian, kekhawatiran yang luar biasa dan seolah hidup kita tidak berarti, bahkan untuk makan pun susah, tapi belajar dari kisah Elia, Tuhan tidak akan pernah meninggalkan hambaNya yang setia kepadaNya. Allah sendiri yang menunjukkan kuasa-Nya, Ia melampaui apapun, tidak ada yang bisa menyamai Tuhan Allah. Karena itu, percayalah kepada Tuhan, andalkanlah dia dalam segala hidupmu. Allah sanggup melakukan perkara-perkara besar dalam hidup kita. Tuhan menyertai kita sekalian. Amin. (tps)
Posting Komentar