Khotbah Minggu 4 Agustus 2024 Minggu Sepuluh Setelah Trinitatis tertulis dalam Kitab Keluaran 16 ayat 2 - 8. Mari kita perdalam pemahaman kita terhadap Perikop Khotbah ini. Sesuai dengan Almanak Gereja kita yang menjadi tema Khotbah adalah "Allah Menurunkan Roti Kehidupan Bagi UmatNya." Mari kita ikuti pembahasannya.
Pendahuluan
Ketika kita bepergian ke sebuah tempat yang baru, seperti keluar negeri misalnya atau secara khusus ke Eropa. Dari sekian banyak keluhan yang ada, satu dari keluhan itu adalah soal makanan. Mulai dari jenis makanan yang kita makan akan berbeda, rasa, porsi sampai cara makan. Bagi Sebagian orang ini akan membuat gelisah dan kurang nyaman. Namun masih ada juga orang yang merasa nyaman-nyaman saja dengan makanan seperti itu karena dengan pola pikir, kalau orang di sini bisa makan dengan apa yang ada berarti saya juga bisa. Pemikiran yang demikianlah yang dibangun oleh sebagian orang yang dia bangun dalam konsep berpikirnya.
Memang makanan merupakan salah satu permasalahan pokok dalam kehidupan manusia. Coba kita cek, seberapa banyak orang sebelum memakan sesuatu sudah memikirkan dampak makanan yang akan dimakan bagi kesehatannya. Dan mari kita banyangkan juga bila makanan yang akan dimakan berkurang dari biasanya oleh karena keadaan. Yang pasti hal itu akan membuat kita kurang nyaman.
Demikianlah kita memandang apa yang terjadi dalam Kitab Keluaran 16 ini. Mari kita memandang dari posisi diri kita yang memiliki pergumulan tentang kebutuhan makanan. Melihat dari keadaan ketidaknyamanan oleh karena perubahan situasi yang mengakibatkan perubahan porsi makanan. Bahkan dalam keadaan kekurangan atau keterbatasan makanan.
Pembahasan
Ketika umat Israel telah keluar dari Mesir sesungguhnya ketika dalam perjalanan menuju padang gurun Sinai, mereka sudah mengalami beberapa mujizat, yang pertama Ketika mereka menyebrangi Laut Teberau di mana laut menjadi terbelah dua, kemudian adanya tiang api dan tiang awan yang selalu menyertai mereka. Kemudian ketika mereka di Meriba dalam keadaan yang sangat haus, mereka berjumpa dengan sumur yang airnya pahit, namun ketika Musa melemparkan ranting ke dalam sumur itu, maka air yang pahit itu berubah menjadi tawar dan enak rasanya. Meskipun banyak yang sudah mereka lalui dan mujizat yang mereka rasakan, namun mujizat-mujizat itu mereka lupakan akibat persoalan makanan. Mereka lupa akan rancangan Allah dalam hidup mereka oleh karena persoalan yang terjadi. Dari keadaan ini ada beberapa hal yang bisa kita renungkan dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen.
Yang pertama, seperti orang Israel di padang gurun yang sudah mendapat penyertaan dan pembebasan dari Tuhan, bangsa pilihan Tuhan dibebaskan dari Mesir menuju tanah perjanjian. Mereka disertai oleh Allah dengan menunjukkan kuasaNya, namun meski sudah banyak mendapat mukjizat, mendapat berkat dari Tuhan, seakan mudah terlupakan oleh karena persoalan yang datang. Yaitu persoalan makanan. Sukacita oleh karena penyertaan Tuhan terlupakan oleh karena keadaan sesaat yang ada di depan mata. Dari sini kita dapat belajar bahwa sebagai orang percaya, Kita sering lupa kalau hidup kita sesungguhnya berasal dari Allah, hidup kita dalam penyertaan Allah menuju sebuah rancangan yang lebih indah. Hidup kita sesungguhnya dalam naungan dan tuntunan Allah. Namun Sering kita lupa akan hal itu karena kita focus pada masalah yang ada. Hal ini menjadikan kita lupa akan berkat Tuhan kita lupa dalam pemeliharaan Tuhan. Kita bisa paham hamparan padang gurun yang tandus akan membuat pemikiran semakin kacau dan teringat akan keindahan dalam negeri orang Mesir. Meskipun dalam jajahan masih mendapartkan Lauk yang dinginkan. Artinya nafsu duniawi, dan tantangan yang adalah yang menjadikan kita menjadi lupa akan penyertaan Allah dalam hidup kita.
Selain itu bangsa Israel di padang gurun membandingbandingkan keadaan di Mesir dan dipadang gurun. Bila kita bercermin dari keadaan ini terlihatlah jelas sifat manusia yang selalu membanding bandingkan. Membandingkan keadaan lama dengan keadaan masa kini. Oleh karena perbandingan ini sering menjadi sulit menikmati dan mensyukuri kehidupan masa kini. Ketidak nyamanan sesaat seakan sebuah bencana dan akan menjadi penderitaan dimana ada asumsi bahwa Tuhan telah meninggalkan merekja dalam kesengsaraan yang terjadi. Padahal sebagaimana yang telah di ungkapkan tadi bahwa kehidupan kita, nafas kita adalah pemberian Allah. Tidak ada alasan pembenaran bagi kita untuk mengatakan bahwa Tuhan meninggalkan Tuhan melupakan. Tapi jauh lebih baik menysyukuri apa yang terjadi itu sambal menyerahkan sepenuhnya kehidupan kita dalam naungan kasih setia Allah. Lebih baik menjalani padang gurun dengan optimis dari pada merindukan masa lalu yang tidak mungkin bisa diraih lagi.
Mari kita banyangkan ungkapan yang mengatakan lebih baik mati dalam penindasan asal makan dari pada di padanggurun dalam jalan pembebasan namun menderita. Sebuah ungkapan kesimpulan yang menyingkirkan iman dan mengutamakan keinginan. Sesungguhnya sebagai orang percaya imannya harus menjadi lebih utama dari pada keinginannya. Imannya menjadi penuntun kehidupan bukan keinginan. Karena keinginan kita belum tentu menjadi sebuah kebaikan bagi kita tapi iman kita pasti menjadikan kebaikan bagi kita.
Ketika umat itu bersungut sungut, Tuhan tidak diam. Namun ia merespon sungut sungut umat dengan berbicara kepada Musa. Artinya apa yang di lakukan Allah bukanlah seperti yang dipikirkan umat., namun Allah mampu memberikan melebihi Upaya dan pemikiran umat Allah. Disinilah ketak kernahakuasaan Allah dalam memberikan dan mencukupi kebutuhan umat yang dikasihi Nya. Allah tidak diam Ketika umatNya dalam kesengsaraan Allah memberikan dan mencukupkan makanan umatNya dengan cara Tuhan bukan dengan cara manusia. Artinya Allah melakukan kuasanya dalam memenuhi kebutuhan umat yang dikasiniNya itu. Allah memberi manna dari sorga sehingga umat itu akan makan dan kenyang. Ketika Allah membri makanan yang dibutuhkan bagi kita adalah kesetiaan dan pengenalan akan kuasa dan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Allah berbicara kepada Musa dan Harun dan mengatakan rancangan yang akan diperbuatNya. Yaitu Allah akan memberikan makanan dari Langit. Allah yang menyediakan kebutuhan umat itu, karena mereka adalah milik Allah. Kita melihat bahwa Allahlah yang ber inisiative dan Allahlah yang active memenuhi kebutuhan umatnya. Yang dibutuhkan Allah bagi mereka tetap focus apada perjalanan mereka. Tetap ingat bahwa Tuhanlah yang meyertai.
Bapak Ibu yang terkasih dalam Yesus Kristus hal ini mengingatkan kita dalam kehidupan kita bahwa apa yang kita peroleh merupakan pemberian Allah. Allah tidak menuntut apa pa dari kita yang di inginkan Allah adalah kita tahu dan sadar bahwa Tuhanlah yang memberikan dan memenuhi kebutuhan kita sehingga kita berkecukupan. Sebagai orang percaya kita juga harus yakin bahwa kita hanya punya Upaya namun yang akan memberikan melebihi dari Upaya kita yaitu Allah. Ia akan memberikan kepenuhan dan kecukupan dalam hidup kita. la akan menyertai dan melindungi kita melebihi dari keuatan kita. Tuhan menurunkan manna dari lagit yang memiliki arti Tuhan akan memberikan kasihnya dan membukakan tingkap tingkap kasih karunia dalam hidup kita sehingga kita akan hidup dalam naungan kasih Allah. Allah memelihara dan memberikan yang jkita butuhkan teapt pada waktunya.
Meski banyak alkasan kita untuk menggerutu, meski banyak alasan kita untuk bersungut sungut akan hal yang terjadi dalam hidup kita namun jauh lebih banyak dari situ alasan kita untuk bersyukur dan berterimakasih atas segala kebaikan dan anugrah Allah dalam hidup kita. Untuk melihatnya dibutuhkan iman, bahwa Allah selalu. mencukupkan dan memberikan yang terbaik dalam setiap langkah hidup kita, pribadi lepas pribadi. Allah membawa kita dari penderitaan menuju rancangan berkat yang disediakannya. Tantangan yang ada haruslah kita lihat kehadiran Allah di dalamnya.
Yang berikutnya yang perlu kita pahami bahwa Ketika kita merasa berkecukupan perlu juga untuk menyimpan untuk sebuah kebutuhan lain di depan. Sebagaimana orang Israel harus mengumpul sebelum hari sabat demikianlah kita harus harus menyimpannya untuk besok hari karena akan ada hari sabat dimana tidak ada musim menuai. Prinsip mecukupkan diri dan menghemat menjadi bahagian lain yang mau diterapkan melalui firman Tuhan ini. Sebagaimana orang Israel harus menyisihkan. makanan untuk sabat agar mereka tidak kelaparan. Demikianlah kita sebagai orang percaya untuk tetap memikirkan kedepan atas apa yang diperoleh hari ini. Meskipun kita mengatakan bahwa Tuhan menyediakan namun perlu juga agar, Ketika kita menerima berkat dari Tuhan maka kita harus mampu mempergunakannya untuk kebutuhan kedepan. Hal ini dilakukan sebagai pertanggungjawaban atas apa yang diberikan Tuhan dalam hidup kita.
Bila kita membaca ayat 6 dengan melihat berkat Tuhan serta menikmati penyertanannya dengan demikian kita akan merasakan kebaikan Tuhan dalam hidup kita. Ketika kita sudah menikmati kuasa dan penyertaan Tuhan pada saat itulah kita akan mampu melihat bahwa Tuhan turut campur tangan uantuk memberikan hal hal yang terbaik dalam hidup kita. Artinya perenungan akan pertolongan Tuhan akan membuka matai man kita akan campur tangan Tuhan dalam segala hal dalam hidup kita.
Ketika kita menggerutu bersungut sungut untuk menyalahkan situasi yang kita hadapi sesungguhnya kita memperlihatkan kekurang sadaran akan kasih Tuhan akan penyertaan dan tuntunan Tuhan dalam hidup kita. Akan tetapi Ketika kita berseru kepada Tuhan dan menyerahkan segala kebiutuhan kita kepadanya Tuhan akan campurtangan dan memperlihatkan kuasaNya sebagaimana ia memperlihatkan kuasaNya kepada orang Israel melalui memberikan manna bagi kehidupan mereka.
Kesimpulan dan Refleksi
Sesungguhnya Tuhan ada beserta kita dalam setiap Langkah kehidupan kita. Tuhan selalu menuntun kita untuk sebuah rancangan Allah yang lebih indah. Sebagal umat pilihan Allah kita di ajarkan untuk bersyukur bukan mengeluh untuk berserah bukan bersungut sungut. Karena iman kita akan mampu melihat tangan Tuhan yang mecukupkan Roti dalam hidup kita. Tangan Tuhan akan memberikan kecukupan dalam hidup kita. Yang dibutuhkan bagi kita adalah penyerahan diri kepada kuasaNya dan mecukupkan segala apa yang kita terima. Tidak ada gunanya mengeluh lebih baik ber iman dengan mengeluh kita akan menyesali diri namun dengan beriman kita akan melangkah dengan optimis akan karya dan rancangan Tuhan dalam hidup kita. Amen.
Posting Komentar