Khotbah Minggu 29 September 2024 Minggu Kedelapanbelas Setelah Trinitatis tertulis dalam Kitab Mazmur 124 ayat 1 - 8. Mari kita perdalam pemahaman kita terhadap Perikop Khotbah ini. Sesuai dengan Almanak Gereja kita yang menjadi tema Khotbah adalah "Pertolongan Kita adalah dalam Nama Tuhan." Mari kita ikuti pembahasannya.
Pendahuluan
Sering sekali dalam menghadapi suatu permasalahan atau mengurus sesuatu hal di sebuah instansi, apalagi yang bersifat personal, orang-orang sering bertanya: "Siapa bekingmu di situ?" Kata beking merujuk kepada pemahaman siapa yang dianggarkan/andalkan, turut terlibat/mempengaruhi untuk memenangkan/menyelesaikan permasalahan/ urusan secara langsung maupun dengan mengandalkan nama, kedudukan dari nama yang disebutkan. Kata beking berasal dari bahasa Inggris, yakni "backing" yang berarti dukungan, penyokong. Jadi jikalau sesorang memiliki bekingan itu berarti 'mengenal atau memiliki seorang pelindung yang dapat menyelamatkan yang bersangkutan dari suatu masalah (misalnya masalah hukum, maka bekingan muncul dari anggota TNI, polisi atau aparat hukum lainnya). Dari istilah beking tersebut maka pasti ada orang atau obyek yang terlindungi.
Mazmur 124 merupakan narasi pengalaman Daud, yang ditulis dalam bentuk kiasan, ketika menghadapi bahaya maut. Tulisan ini diadopsi oleh komunitas Yahudi (pada periode sesudah pembuangan) untuk menguatkan iman mereka dalam menghadapi ancaman-pergulatan kehidupan. Inti pokok dari kesaksian Daud ini adalah jika bukan Tuhan yang berpihak (baca: menjadi beking) dan menolong orang Israel, maka hanyut dan lenyaplah mereka ditelan amarah musuh-musuhnya. Maka Mazmur Ini menjadi suatu ajakan untuk bersyukur kepada Tuhan yang telah memberikan pertolongan sekaligus mengajak umat Israel supaya senantiasa mempercayai dan mengandalkan Tuhan.
Pembahasan
Mazmur ini dimulai dengan kalimat yang sama sebanyak dua kali pada ayat 1 dan 2, yakni "Jikalau bukan TUHAN yang memihak kepada kita." Kalimat ini merupakan "seruan wajib" (pengakuan iman) dari umat Allah ketika mengenang atau tengah menghadapi tantangan, ancaman, gangguan dan hambatan kehidupan yang mendesak mereka. Ketika manusia (musuh) datang dan bangkit melawan mereka, maka pengharapan utama mereka adalah adanya dekingan dari Tuhan. Jikalau tidak? "Maka mereka telah menelan kita hidup-hidup" (ayat 3a). Kekuatan musuh sangat kuat (powerful enemies) dan beringas dan umat Tuhan tidak mampu melawan mereka dengan kekuatannya sendiri. Ketika amarah mereka (musuh-musuh) menyala-nyala, TUHAN harus menjadi deking (pelindung/dinding/tameng). Jikalau tidak? "Maka air telah menghanyutkan kita, dan sungai telah mengalir melingkupi diri kita; maka telah mengalir menlingkupi diri kita air yang meluap-luap itu" (ayat 4-5). Air yang menghayutkan, melingkupi dan meluap-luap menjadi gambaran serangan dari lawan yang tidak dapat dikendalikan oleh umat Tuhan. Air dan api sering disebut sebagai ancaman yang melampaui kekuatan manusia (bnd. Mazmur 43:2). Orang Israel hanya pasrah terbawa hanyut, tenggelam oleh air dan sungai yang melingkupi dan meluap-luap, terbawa oleh arus maut yang mematikan (bnd. Yesaya 8:7-8, Mazmur 46:4). Namun itu terjadi jika Tuhan tidak berpihak. Tetapi, kesaksian iman Daud menyerukan bahwa jika Tuhan berpihak kepada umat-Nya, maka Dia akan hadir menjadi pelindung, penjamin dan penjaga bagi Israel. Umat Tuhan akan selamat dalam lindungan Tuhan. Musuh tidak akan 'melahap' habis umat-Nya.
Tentang semua perbuatan (penyertaan dan perlindungan) dari Allah tersebut, penulis Mazmur ini berucap terpujilah Tuhan. Ungkapan ini sekaligus menjadi ajakan kepada umat Israel untuk memuji dan bersyukur kepada Tuhan Sang Pembebas dalam pergulatan hidup mereka yang sulit. Ungkapnya, "Tuhan tidak menyerahkan kita menjadi mangsa bagi gigi mereka" (ayat 6). Musuh tidak akan mencabik-cabik kehidupan kita jika Allah ada beserta kita. Sebaliknya, "jiwa kita terluput seperti burung dari jerat penangkap burung, jerat itu telah putus dan kita pun terluput" (ayat 7). Tentu ini bahasa kiasan tentang pembebasan/pelepasan dari kungkungan maut yang dikerjakan oleh Tuhan. Kekuatan dan kelihaian (strategi) musuh digambarkan seperti upaya seorang penjerat burung. Biasanya jerat burung tersebut dipasangkan jaring dan umpan. Ketika burung mengambil umpan maka jerat terututp dan burung pun tertutup/terjerat (bnd. Amsal 6:5, Pengkhotbah 9:12 dan Amos 3:5). Burung menjadi tidak berdaya. Namun, pertolongan datang dari Allah. Ia datang memutus jaring-jaring jerat sehingga burung menjadi terluput dari bahaya (bnd. Mazmur 18:3). Kiasan demikianlah yang dipakai pemazmur untuk menggambarkan peran Allah sang pemberi dan penjamin hidup. Umat Israel harus tahu bahwa mereka tidak akan punah, sebab Allah menjaganya. Terpujilah Tuhan.
Mazmur 124 ditutup dengan sebuah proklamasi atau pengakuan besar (great confesssion), "pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan, yang menjadikan langit dan bumi" (ayat 8, bnd. Mazmur 121:2). Allah pencipta, tahu segalanya. Ia mampu membebaskan, sebab Dia tahu segala seluk-beluk akal (baik atau jahat) dari manusia dan segala tingkah polanya. Allah mengerti dan bisa mengatasi segala persoalan manusia. "Allah adalah penolong dan peluputku" (Mazmur 70:6, God is my help and my deliverer).
Kesimpulan dan Refleksi
Jemaat yang dikasihi Tuhan. Perenungan apa yang bisa kita petik melalui khotbah ini?
1. Kita bersyukur dan bangga karena memiliki Allah yang kuat, dahsyat dan peduli. Ia yang menciptakan kita, maka tentu dalam kasih setia-Nya Ia akan memihak kepada orang benar yang percaya kepada kuasa-Nya. Meski banyak dan besar ancaman yang terjadi dalam hidup kita (yang datang dari akal jahat sesama manusia), Allah Sang Pencipta mampu membendungnya. Dia akan menolong dan berpihak kepada orang-orangNya. Allahlah sumber pertolongan dan beking kita.
2. Allah yang peduli kepada kita semakin dinyatakan melalui kedatangan Anak-Nya, Tuhan Yesus Kristus. Kristus memanggil orang untuk percaya kepada Allah dan Allah akan berpihak kepada orang-orang yang percaya kepada-Nya. Yesus berpihak kepada orang-orang lemah dan yang hidupnya terancam (oleh kemiskinan dan permainan politik dunia). Maka yakinlah, kita tidak akan hanyut atau dikalahkan oleh ketidakadilan jika kita mengandalkan Tuhan, Pencipta dan Penolong kita. Dia akan membebaskan dan meluputkan kita. John Calvin seorang tokoh reformasi di abad ke-16 pernah berkta, "Allah senantiasa terus bekerja, mempertahankan dan memandu seluruh ciptaan-Nya, dengan perasaan sebagaimana seorang Bapa membimbing seluruh sejarah manusia. Gereja dan orang Kristen berada di tangan belas kasih sayang khusus Tuhan, tepat sama seperti Kristus adalah di tangan Allah." Dialah Allah yang telah meluputkan Yesus dari kematian dengan kebangkitan-Nya, maka Allah yang sama pun akan meluputkan kita dari segala bencana dan maut (kini dan nanti) di dalam kasih setia-Nya. Tiada satu pun yang dapat memisahkan kita dari Tuhan, Sang Peluput kita. Amin.
Posting Komentar