Khotbah Minggu 26 Oktober 2025 Minggu 19 Setelah Trinitatis tertulis dalam Kitab 2 Timotius 3 ayat 10 - 17. Mari kita perdalam pemahaman kita terhadap Perikop Khotbah ini. Sesuai dengan Almanak Gereja kita yang menjadi tema Khotbah adalah "Diperlengkapi untuk Setiap Perbuatan Baik." Mari kita ikuti pembahasannya.
Pendahuluan
Nas khotbah minggu ini dirangkai dalam satu tema besar, yaitu Diperlengkapi untuk Setiap Perbuatan Baik. Paulus menghabiskan waktu dan tenaganya untuk membentuk gereja-gereja baru dan membentuk teman sekerja dalam tugas ini seperti Barnabas dan Silas. Salah satu di antaranya adalah Timotius. Timotius sebelumnya sudah mendapat bimbingan dari Paulus. Paulus mulai mengutusnya untuk misi memberitakan Injil yang benar, terutama untuk melawan ajaran sesat yang mulai mempengaruhi orang-orang percaya di Efesus.
Pembahasan
Surat 2 Timotius ini ditulis Paulus saat ia berada di penjara Roma. Paulus berusaha mengobarkan semangat Injil dalam diri Timotius: “Janganlah malu karena Injil.” Paulus mengingatkan hal ini karena ia melihat “ada potensi” bagi setiap orang untuk merasa malu. Hal ini dibuktikan karena sudah ada dua orang yang berpaling dari Paulus, yaitu Figelus dan Hermogenes (2 Timotius 1 : 15).
Mengapa Figelus dan Hermogenes berpaling dari Paulus? Mungkinkah karena seringnya Rasul Paulus dipenjara? Secara manusiawi, hal itu bisa saja dipandang sebagai suatu kutukan atau kelemahan. Namun Paulus secara jelas menjawab bahwa sungguh pun ia menjadi seorang hukuman, itu karena ia memperjuangkan pemberitaan tentang Yesus Kristus. Paulus menderita bagi Injil-Nya oleh kekuatan Allah (2 Timotius 1 : 8).
Ada harga yang harus dibayar ketika mengikut Yesus. Apa pun risikonya, kita harus tetap bertahan, karena apa yang kita pertahankan itu adalah “harta yang indah” (2 Timotius 1 : 14). Paulus ingin mengatakan bahwa, apa pun zamannya, siapa pun yang dihadapi dan apa pun risikonya, kita harus tetap menuruti Allah. Dalam bagian awal pasal 3, Paulus sudah mengingatkan: Akan ada masa yang sukar, manusia akan mencintai dirinya sendiri dan menjadi hamba uang, tidak tahu mengasihi, tidak mau berdamai, suka menjelekkan orang, suka berkhianat; secara lahiriah mereka menjalankan ibadah, tetapi pada hakikatnya mereka memungkiri kekuatannya (ayat 1–5).
Semuanya ini adalah bentuk-bentuk terjadinya degradasi dalam kehidupan umat manusia. Tentu ini adalah gambaran yang sangat mengerikan yang terjadi di tengah kehidupan manusia. Siapakah yang bisa mengalami hal seperti ini? Ini bisa dialami oleh jemaat, namun juga bisa menimpa para pelayan itu sendiri. Ini menjadi peringatan bagi kita semua dan juga bagi gereja sepanjang masa.
Di satu sisi kita diajarkan untuk mencintai Tuhan dan juga sesama, namun kenyataannya kita sering lebih mencintai diri sendiri. Kita diajarkan untuk hidup bersama, namun pada kenyataannya kita cenderung hidup individualistis. Kita diajarkan untuk tidak mengkhawatirkan apa yang akan kita pakai atau makan, tetapi pada kenyataannya kita hidup dengan gaya materialistis. Tanpa kita sadari, kita sudah masuk ke dalam perangkap si jahat itu sendiri. Kita tidak lagi mampu bekerja sama untuk saling melengkapi sebagai tubuh Kristus. Lantas bagaimana kita dapat memperbaikinya?
Tetaplah Berpegang pada Ajaran Kristus
Paulus kembali mengingatkan Timotius tentang apa yang sudah diajarkan kepadanya, baik melalui tingkah laku sehari-hari maupun contoh iman dalam keseharian. Apa yang sudah diajarkan itu menjadi modal awal dalam menghadapi ajaran-ajaran sesat yang dialami dalam kehidupan jemaat.
Dalam pasal 2, Paulus mengingatkan: “Jadilah kuat.” Bahwa manusia yang kuat dijelaskannya dalam tiga contoh besar, yaitu seperti seorang prajurit, seorang olahragawan, dan seorang petani (2 Timotius 2 : 3 – 6). Tiga contoh ini mencerminkan sikap yang kuat untuk mencapai hasil yang diharapkan. Mereka pasti mengalami penderitaan dan kesengsaraan, terutama ketika memberitakan Injil. Pasti ada banyak hambatan dan tantangan sesuai dengan zamannya masing-masing. Paulus pun mengalaminya, bahkan sampai dipenjara. Namun hal yang menggembirakan adalah bahwa Tuhan melepaskan Paulus dari semuanya itu.
Pemahaman dan iman seperti inilah yang perlu ditanamkan dalam diri kita sampai sekarang, bahwa Tuhan akan melepaskan kita. “Melepaskan” memiliki arti bahwa Tuhan akan menolong kita. Itu bukan berarti penderitaan tidak ada, namun Tuhan akan membuka jalan dan memberikan jalan keluar dalam setiap tantangan kehidupan beriman kita. Inilah tugas memperlengkapi itu. Yesus telah memperlengkapi para murid, murid memperlengkapi teman sekerja mereka, para rasul memperlengkapi para pelayan di segala zaman dan akhirnya memperlengkapi jemaat Tuhan untuk menghadapi setiap tantangan zaman dan kehidupan.
Apa pun Tantangannya, Senjata Kita Tetaplah Firman Tuhan
Paulus mengingatkan bahwa orang jahat dan penipu akan bertambah jahat (ayat 13). Ternyata kejahatan juga selalu berkembang, selalu ada cara-cara berbuat jahat yang baru, bahkan semakin “memper-canggih” upayanya untuk menyesatkan. Namun sungguh pun si jahat semakin jahat, cara orang percaya menghadapinya adalah tetap (ayat 14). Tetap bagaimana? Yaitu tetap berpegang pada kebenaran yang telah diterima dan diyakini.
Jika kita ibaratkan dengan perang, walaupun musuh menggunakan berbagai cara untuk mengalahkan kita, namun senjata yang kita gunakan tetaplah ajaran Firman Tuhan. Apa artinya? Artinya, betapa canggih dan mumpuninya Firman Tuhan sebagai cara untuk mengalahkan musuh-musuh kita. Itu sudah terbukti. Yesus menghalau iblis, bahkan memberikan kesembuhan hanya dengan Firman Tuhan. Dengan menuruti apa yang difirmankan Tuhan, tembok Yeriko yang besar itu diruntuhkan; dengan Firman Tuhan, kekuatan iblis bahkan kematian dapat dipatahkan.
Ajarkan Firman Tuhan Sejak Dini sebagai Tuntunan
Mengajarkan Firman Tuhan sejak dini juga menjadi cara untuk memperbaiki keadaan kita. Membesarkan anak dengan berlandaskan Firman Tuhan menjadi keharusan di tengah zaman yang semakin kompleks ini. Harapan kita sebagai orang tua adalah membesarkan anak bukan agar mereka melawan kita suatu saat nanti, tetapi agar mereka dapat kita andalkan di tengah keluarga dalam segala hal. Timotius juga sudah mengalami hal itu, di mana melalui iman neneknya yang bernama Lois dan ibunya Eunike, ia telah diajarkan tentang Kitab Suci.
Dikatakan: “Dari kecil engkau sudah mengenal Kitab Suci” (ayat 15). Dua fungsi Kitab Suci disebut di sini: Memberi hikmat dan menuntun kepada keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus. Kita membutuhkan kedua hal ini: hikmat dan keselamatan. Ada empat manfaat yang diberikan oleh Kitab Suci: untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Dua fungsi dan empat manfaat. Mungkin ini hanya perhitungan sederhana bagi kita, namun yang ingin disampaikan adalah: Lebih banyak manfaatnya ketika kita menjadikan Firman Tuhan atau Kitab Suci sebagai pedoman hidup. Oleh karena itu, Firman Tuhan menjadi perlengkapan kita dalam melakukan segala pekerjaan yang baik.
Kesimpulan dan Refleksi
Apa yang diingatkan Rasul Paulus kepada Timotius juga menjadi peringatan bagi kita saat ini. Kita bisa dengan mudah merusak tatanan yang sudah baik, namun butuh waktu lama untuk memulihkannya. Degradasi yang dialami jemaat mula-mula juga dialami oleh gereja saat ini. Marilah kita tetap berpegang pada ajaran Kristus. Apa pun tantangannya, senjata kita tetaplah Firman Allah. Firman Tuhan harus tetap diajarkan, terutama kepada generasi muda, bahkan sejak masa kanak-kanak.
Khotbah ini mengajak kita agar semakin rajin untuk membaca Firman Tuhan. Banyak manfaat yang akan kita dapat ketika kita rutin membaca firman Tuhan, yaitu sebagai cara untuk semakin mendekatkan diri dan merindukan Firman Allah, membiasakan diri membaca Firman Tuhan dalam hidup kita. Dari situlah kita dapat merasakan manfaat Firman Tuhan untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan dan mendidik orang dalam kebenaran. Karena itu, marilah kita semakin rajin membaca Firman Tuhan dalam hidup kita. Amin.
Posting Komentar