wvsOdYmDaT9SQhoksZrPLG0gYqduIOCNl12L9d9t
Bookmark

Khotbah Minggu 25 Mei 2025 - Yeremia 29 ayat 7-14

Khotbah-Minggu-25-Mei-2025-Yeremia-29-ayat-7-14-Berdoa-untuk-Kesejahteraan

Khotbah Minggu 25 Mei 2025 Minggu Rogate tertulis dalam Kitab Yeremia 29 ayat 7 - 14. Mari kita perdalam pemahaman kita terhadap Perikop Khotbah ini. Sesuai dengan Almanak Gereja kita yang menjadi tema Khotbah adalah "Berdoa untuk Kesejahteraan." Mari kita ikuti pembahasannya. 

Pendahuluan 

Bagi seorang pendeta, sudah merupakan sebuah ketetapan bahwa ia harus bersedia ditempatkan di wilayah pelayanan sesuai dengan keputusan gereja yang mengutusnya. Bahkan lebih dari itu, juga harus siap diutus ke tempat yang sama sekali belum dikenal—bahkan jika harus sampai ke luar negeri. 

Meskipun hal itu sudah menjadi sebuah ketetapan yang harus dilaksanakan, seiring berjalannya waktu, ketika saatnya tiba untuk mutasi atau pertukaran tempat pelayanan, atau saat diutus ke daerah penginjilan baik di dalam maupun luar negeri, sering timbul pergolakan dalam hati para hamba Tuhan mengenai bagaimana kondisi tempat yang baru. Bagaimana daerahnya, masyarakatnya, budayanya, dan banyak hal lain yang membuat bertanya-tanya. Apa yang harus dilakukan? Berapa lama akan tinggal di sana? Bagaimana kesiapan hati untuk cepat beradaptasi dalam lingkungan yang baru, mengingat telah terbiasa dengan tempat yang sekarang? Biasanya, akan dicoba mencari informasi mengenai tempat tujuan tersebut, baik dengan bertanya kepada orang yang tahu maupun yang pernah ke sana. 

Informasi yang didapat sangat penting untuk membantu kita membayangkan dan mempersiapkan diri menghadapi tempat baru itu, sehingga saat tiba di sana, bisa membandingkan dan memahami apakah informasi yang diterima sesuai dengan kenyataan yang ada atau tidak. 

Perikop khotbah hari ini membahas pembekalan dari Allah kepada bangsa Israel yang akan mengalami pembuangan sebagai bentuk hukuman atas ketidaksetiaan mereka kepada Tuhan. Allah merancang pembelajaran ini melalui bangsa yang mengalahkan mereka, dan mereka harus tunduk kepada bangsa Babel. Ini disampaikan agar mereka tahu bahwa Allah sendirilah yang merencanakan hal tersebut. Bukan hanya tentang pembuangan itu yang diberitahukan, tetapi juga bagaimana mereka harus hidup sebagai umat pilihan Allah di tanah asing. Mereka harus tetap berpegang pada identitas sebagai anak-anak Allah, dan tidak larut menjadi seperti bangsa tempat mereka tinggal. Mereka juga diingatkan bahwa masa pembuangan itu hanya sementara, ada batas waktu yang ditetapkan oleh Tuhan, dan selama di sana pun, Tuhan tidak pernah meninggalkan mereka. Bahkan, Tuhan menjanjikan pengharapan bahwa kelak mereka akan dibawa kembali ke kampung halaman mereka. 


Advertisement - Scroll untuk terus membaca postingan.

Pembahasan 

Di mana pun kita berada, di situlah Tuhan memberkati. Bagi orang percaya tempat kita saat ini berada bukanlah kebetulan, melainkan bagian dari rancangan Allah. Ia tahu tentang kita dan memiliki tujuan mengapa kita ditempatkan di sana. Maka, pertanyaannya adalah: mengapa saya berada di sini saat ini? Apa tujuannya? Apa yang harus saya lakukan agar kehadiran saya memberikan dampak yang baik? 

Kita perlu melihat keberadaan kita saat ini dengan cara pandang yang baru. Pada awal kedatangan ke tempat ini, mungkin kita merasa asing, karena memang kita adalah orang baru. Penduduk setempat mungkin memandang kita sebagai pendatang, dan dalam banyak kasus, perlakuan terhadap kita pun berbeda, karena kita bukan penduduk asli. 



Demikian juga dengan bangsa Israel di tanah pembuangan. Mereka harus menyadari bahwa mereka adalah orang asing di sana, tetapi tetap mempertahankan identitas sebagai umat Allah dalam kehidupan sehari-hari: dalam keluarga, membangun rumah, bekerja, bertani, dan beribadah. Meskipun gaya hidup mereka mungkin berbeda dengan penduduk lokal, mereka tetap harus mencerminkan jati diri sebagai umat Allah, menjadi terang dan garam bagi lingkungan. Seperti yang Yesus katakan dalam Matius 5:16: "Biarkan terangmu bercahaya di depan orang lain, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga." 

Lebih lanjut, dalam ayat 7, Allah berfirman kepada mereka: "Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada Tuhan, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu." Kata "kesejahteraan" berasal dari kata Ibrani shalom, yang maknanya luas, melampaui ketiadaan konflik hingga mencakup kesejahteraan menyeluruh. Israel diminta untuk ikut menghadirkan shalom bagi kota Babel. Ketika kota itu tumbuh dan sejahtera, mereka pun turut menikmatinya, meskipun mereka adalah orang asing di sana. 

Dalam hati orang Israel, tentu ini bukan hal yang mudah diterima. Bagaimana mungkin mereka bertanggung jawab atas kesejahteraan kota dan bangsa yang telah menjajah mereka? Jika itu kota mereka sendiri, tentu masuk akal. Namun ini kota asing, di mana mereka tetap dianggap orang luar. Bahkan jika diterima, mereka tetap akan menjadi pekerja atau budak. 

Namun, kita dipanggil bukan untuk mengikuti cara pandang manusia, melainkan cara pandang Tuhan. Karena itu, bangsa Israel diperintahkan untuk menjadi berkat. Seorang teolog berkata bahwa umat Allah ada di dunia untuk membawa berkat, kehadiran, dan kuasa Allah ke ruang publik, bahkan di tengah musuh. Tugas praktis orang Kristen adalah memperjuangkan kebaikan publik—menjadi tetangga yang baik, menjaga kebersihan, membantu sesama, ramah terhadap siapa pun. Seperti kata pepatah, "Jika kamu tidak bisa berada di kota yang kamu cintai, cintailah kota tempat kamu berada." Dengan demikian, kita menjadi berkat bagi tempat tinggal kita. 

Israel juga diingatkan untuk waspada terhadap ajaran palsu—nabi-nabi yang mengajak memberontak atau memprediksi kehancuran Babel. Firman Tuhan justru menyatakan bahwa pembuangan ini berlangsung selama 70 tahun, dan Tuhanlah yang merencanakannya. Nebukadnezar bukanlah penguasa sejati, melainkan alat Tuhan. Tujuan pembuangan ini adalah agar bangsa Israel kembali mencari Tuhan. Dalam ayat 11, Allah menjanjikan masa depan penuh harapan: “Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu...” 

Kesejahteraan yang mereka alami di Babel adalah bagian dari rencana jangka panjang, agar generasi mereka tetap terpelihara dan siap kembali ke Yerusalem. Bila mereka tidak mengusahakan kesejahteraan kota, tentu mereka sendiri dan anak cucu mereka akan mengalami kesulitan. Maka dari itu, kita belajar bahwa rencana Tuhan selalu untuk kebaikan. Bila ada yang menolak hal ini, berarti ia tidak sejalan dengan kehendak Tuhan. 

Kita juga belajar bahwa hidup orang Kristen bukan untuk kepentingan pribadi semata. Justru, kita harus memperjuangkan kebaikan orang lain dan lingkungan. Israel harus percaya bahwa mereka tidak dilupakan oleh Tuhan. Mereka hanya harus menunggu 70 tahun hingga waktunya tiba untuk dipulihkan. Dalam masa penantian itu, mereka belajar hidup dalam ketaatan. 


Advertisement - Scroll untuk terus membaca postingan.

Kesimpulan dan Refleksi 

Dari perikop ini kita belajar bahwa pembuangan bukanlah sekadar hukuman. Di mana pun kita berada, Tuhan tetap hadir dan mengutus kita untuk melakukan kebaikan agar menjadi berkat bagi banyak orang. Pengenalan dan penyembahan kepada Tuhan membuat kita berbeda dan menjadi kesaksian bagi orang lain. Pembuangan itu ada batas waktunya, mereka akan kembali ke kampung halamannya. Begitu juga dengan kehidupan kita saat ini, semua akan ada akhirnya. Jika kita menderita saat ini, merasa terbuang, itu tidak akan bertahan selamanya dan jika kita juga merasakan sukacita saat ini, itu juga tidak akan bertahan selamanya, akan ada akhirnya. 

Maka, jangan berjuang hanya untuk hal-hal duniawi dan materi, karena kita hanyalah orang asing yang menumpang sementara di dunia ini. Berjuanglah untuk apa yang kekal. 

Masa pembuangan adalah waktu untuk dididik dan belajar menaati Tuhan. Demikian pula, kita harus siap menyambut kedatangan Kristus yang kedua kapan saja. Sambil menanti, lakukanlah kebaikan bagi orang-orang di sekitar kita. Kehadiran kita harus berdampak bagi dunia. Selama masih ada waktu, jangan pasif, tapi bekerja keraslah demi kesejahteraan bersama. Demikianlah hidup yang memuliakan nama Tuhan. Amin. 


Catatan: 
Semua iklan yang terdapat pada website dan tulisan ini tidak ada hubungannya dengan timothysaragi.com. 

Dapatkan update artikel terbaru dari timothysaragi.com. Mari bergabung di Channel WhatsApp atau "timothysaragi.com Artikel Update", caranya klik link https://whatsapp.com/channel/0029VapB7ASBVJlBihjSSW2q, kemudian join. Atau di Channel Telegram, caranya klik link https://t.me/timothysaragicomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. 


Posting Komentar

Posting Komentar