Khotbah Minggu 1 September 2024 Minggu Empat Belas Setelah Trinitatis tertulis dalam Kitab Ulangan 4 ayat 1 - 2 dan 6 - 9. Mari kita perdalam pemahaman kita terhadap Perikop Khotbah ini. Sesuai dengan Almanak Gereja kita yang menjadi tema Khotbah adalah "Berpegang Pada Perintah Tuhan." Mari kita ikuti pembahasannya.
Pendahuluan
Kitab Ulangan pada pasal 4 secara khusus berbicara mengenai ketaatan sebagai dasar bagi hubungan Israel dan Allah. Pembuangan yang telah terjadi adalah konsekuensi yang diterima oleh bangsa Israel yang gagal menaati Allah. Israel telah membuat patung dan menyembah dewa-dewa lain. Walau demikian, Allah tetap berbelaskasih kepada Israel. Israel tidak setia kepada Allah, namun Allah tetap menunjukkan kesetiaan-Nya. Allah tidak mengakhiri hubungan-Nya dengan Israel dan tetap memelihara janji-Nya, secara khusus tentang tanah perjanjian. Jika Israel bertobat, Allah akan mengampuni. Pada pasal ini, Allah kembali menuntut ketaatan Israel pada ketetapan dan peraturan yang telah diberikan-Nya.
Pembahasan
Ketetapan dan Peraturan Allah Membentuk Identitas Israel (ayat 1)
Bangsa Israel adalah bangsa yang unik sebab relasi komunitas ini diikat dengan Allah lewat perjanjian. Allah memberi ketetapan dan peraturan bagi bangsa Israel untuk hidup menurut perintah Tuhan. Hidup di dalam ketaatan pada ketetapan dan aturan Tuhan adalah identitas bangsa Israel yang membedakan mereka dengan bangsa-bangsa lain.
Pembentukan identitas komunitas Israel dimulai dengan pendengaran akan perintah Tuhan. Ulangan 4:1a berkata "Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang Kuajarkan kepadamu untuk dilakukan ... ." Perintah pertama Allah kepada bangsa Israel adalah perintah untuk mendengarkan.
Mengapa mendengar begitu penting sebagai awal dari ketaatan seseorang atau ketaatan komunitas? Alasannya adalah karena mendengar merupakan tindakan yang menentukan bagi emosi, persepsi, tindakan dan keputusan manusia akan informasi yang didapatkan. Selain itu, mendengar juga meliputi berbagai aspek, baik hukum, retorika, maupun estetika. Dalam aspek estetika, istilah mendengarkan dipadankan dengan istilah "mengindahkan." Seseorang yang sungguh-sungguh mendengarkan adalah seseorang yang mengindahkan pesan yang ia terima dari pemberi pesan. Maka bagian awal dari pasal ini dimulai dengan kata "dengarlah." Seruan Allah agar bangsa Israel mendengar, hal ini dimaksudkan agar umat Tuhan mengindahkan apa yang disampaikan oleh Allah.
Perintah Allah juga sangat penting bagi umat Kristen di masa kini sebagai pembentuk identitas kekristenan kita. Perintah Allah yang telah didengarkan tentu tidak hanya sekadar didengarkan, namun untuk dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Allah berharap agar para pemimpin dan pelayan juga menjadi teladan dan contoh bagi umat. Sama seperti Musa di masa lalu, yang menjadi model Nabi yang memperlihatkan arti mendengar dan melakukan perintah Allah. Inilah identitas bangsa Israel, bahwa mereka adalah bangsa yang memiliki integritas, antara perkataan dan tindakan yang menaati perintah Allah. Demikian pula umat Kristen di masa kini ditandai identitasnya lewat ketaatan kepada Allah.
Lalu apa manfaat dari ketaatan kepada ketetapan dan peraturan Allah? Pasal 4:1b berkata " ... supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu." Ketaatan kepada Allah menghidupkan dan menuntun bangsa Israel pada tujuannya, yakni pada tanah perjanjian yang telah dijanjikan oleh Tuhan sejak zaman nenek moyang mereka. Inilah keuntungan menjadi komunitas yang identitasnya menunjukkan ketaatan kepada Allah.
Perintah Allah Koheren dan Satu (ayat 2)
Perintah Allah berikutnya adalah larangan pada penambahan atau pengurangan pada perintah Allah. Pada Ulangan 4:2 disebutkan, "Janganlah kamu menambahi apa yang kuperintahkan kepadamu dan janganlah kamu menguranginya dengan demikian kamu berpegang pada perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu." Bagian ini menunjukkan signifikansi proses hukum pada perintah Allah. Proses hukum bergantung pada bukti yang disajikan sesuai dengan standar yang disetujui. Oleh karena itu, perintah Allah harus menjadi perintah yang koheren (berhubungan; bersangkut paut) dan tidak berubah-ubah, baik lewat penambahan maupun pengurangan. Dengan demikian perintah tersebut dapat dibuktikan. Perintah tersebut harus dapat dipertahankan dalam pengawasan sebagai ketetapan dan peraturan yang koheren, satu dan tidak mengalami perubahan.
Keabsahan perintah Allah bergantung pada koherensi dan kesatuan. Kesaksian pada perintah Allah harus bisa dibuktikan. Apabila kesaksian itu berubah-ubah dengan penambahan atau pengurangan, maka keabsahan perintah itu diragukan. Maka perintah ini merujuk pada integritas saksi. Petunjuk Allah adalah kesaksian pada apa yang menjadi ketetapan dan peraturan Allah itu terpadu, koheren dan tidak boleh diubah.
Melakukan Perintah Allah adalah Kesaksian Tentang Allah (ayat 6)
Perintah Allah berikutnya adalah pada Ulangan 4:6 "Lakukanlah itu dengan setia, sebab itulah yang akan menjadi kebijaksanaanmu dan akal budimu di mata bangsa-bangsa yang pada waktu mendengar segala ketetapan ini akan berkata: Memang bangsa yang besar ini adalah umat yang bijaksana dan berakal budi." Perintah Allah yang telah diterima oleh bangsa Israel, tidak hanya berakhir untuk didengarkan saja atau dijaga koherensinya, melainkan dilanjut dengan harus melakukan.
Orang-orang Israel berdiri di tepi tanah perjanjian, namun tanah perjanjian sudah dihuni. Agar bisa sampai di tanah perjanjian, maka perintah Allah harus dilakukan. Kata "melakukan" sepadan dengan "mengamati dengan tekun." Ketaatan yang intens terhadap instruksi Allah menunjukkan kebijaksanaan dan pengertian.
Perwujudan ketaatan umat beriman akan mendatangkan ketaatan dari kelompok masyarakat lain. Ketaatan pada petunjuk Tuhan menjadi cara untuk mengetahui alam semesta. Ketaatan bangsa Israel pada ketetapan dan peraturan dari Tuhan akan menjadi perhatian bangsa-bangsa lain yang memperhatikan kehidupan bangsa ini. Dengan demikian, bangsa Israel dikenali identitasnya di mata orang-orang.
Demikian pula dengan identitas pengikut Kristus di masa kini. Ketaatan umat Kristen pada jalan-jalan Kristus juga menjadi perhatian publik. Pengakuan kelompok masyarakat lain kepada umat Kristen akan memicu dua hal. Pertama, komunitas lain yang memperhatikan kita mengakui bahwa kita adalah umat yang mendengar, menaati dan melakukan perintah Allah. Kedua, kelompok masyarakat lain itu pada akhirnya akan melihat keunikan kita sebagai orang percaya dan turut menegaskan status kita. Keintiman antara Allah dengan umat-Nya membedakan kita dengan komunitas agama lain. Maka, kehidupan kita menjadi kesaksian akan Allah yang kita percaya.
Merawat Ingatan Akan Allah (ayat 9)
Pada akhirnya, bangsa Israel diajak untuk merawat ingatannya akan segala perbuatan-perbuatan Allah dalam sejarah hidup mereka. Ulangan 4:9 berkata "Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah, supaya jangan engkau melupakan hal-hal yang dilihat oleh matamu sendiri itu, dan supaya jangan semuanya itu hilang dari ingatanmu seumur hidupmu." Penulis Kitab Ulangan percaya bahwa perjanjian mempunyai manfaat untuk penyelesaian persoalan dan memiliki konsekuensi bagi yang melanggarnya. Untuk itu diperlukan ingatan yang baik akan perintah Allah.
Di satu sisi "mengingat" adalah sebuah istilah yang tidak muncul dalam ayat ini. Ayat 9 menggunakan via negativa dengan memakai kata "jangan melupakan." Ada penekanan bahwa "lupa" merupakan suatu jenis pelanggaran. Komunitas yang beriman mengingat melalui ketaatan yang tekun. Lupa pada perintah Allah, meskipun dilakukan tanpa sadar, akan menghancurkan individu dan komunitas. Istilah "lupa" muncul untuk pertama kalinya dalam kitab Ulangan pada bagian ini. "Tetapi waspadalah dan berhati-hatilah" adalah instruksi agar bangsa Israel berperilaku seperti ini, mengisolasi kelompok dari hal-hal yang melupakan Allah.
Tidak hanya bagi bangsa Israel di masa lalu, kita juga di masa kini diingatkan oleh Allah untuk merawat memori dan meneruskan ingatan terhadap Allah kepada generasi berikutnya. Ayat 9b, "Beritahukanlah kepada anak anakmu dan kepada cucu cicitmu semuanya itu." Dengan demikian, saksi-saksi Allah pada generasi masa ini memberi jalan pada ingatan generasi berikutnya. Tugas mengingat ini adalah mencakup pengajaran kepada generasi berikutnya yang tidak melihat pembebasan secara langsung. Narasi besar keselamatan dan pembebasan Tuhan memicu perilaku yang menjadikan umat Kristen unik dan terhubung erat dengan Tuhan.
Posting Komentar